Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Film

Aida Selmanagic: Penerjemah PBB yang Kehilangan Keluarga saat Genosida di Bosnia

2 Juli 2024   16:14 Diperbarui: 3 Juli 2024   08:35 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul film Quo Vadis Aida?/https://id.quora.com/Apa-film-kejahatan-antar-sesama-manusia-terkelam-yang-pernah-kamu-tonton

Korban genosida akibat ambisi Milosevic di Bosnia-Herzegovina mencapai 100.000 jiwa warga sipil etnis Muslim Bosnia. Belum termasuk ribuan wanita muda yang menjadi korban perkosaan di kamp-kamp konsentrasi khusus wanita. Kota Srebrenica menjadi tempat pembantaian terbesar tentara Serbia terhadap warga sipil dengan jumlah korban lebih dari 8.000 orang selama rentang waktu 11-22 Juli 1995. 

Saat Kota Srebrenica Tidak Lagi Aman

Srebrenica awalnya adalah kota yang aman bagi penduduk Bosnia, hal ini karena statusnya yang berada dalam pengawasan pasukan PBB yang dipimpin oleh Kolonel Thom Karremans. Tetapi sejak tahun 1995, kota ini tidak lagi aman setelah Tentara Republik Srpska yang didukung tentara nasional Yugoslavia di bawah komando Jenderal Ratco Mladic mulai mengganggu keamanan kota. Hal ini tentu merisaukan Walikota Srebrenica. Ia lalu meminta pihak PBB untuk melakukan langkah-langkah antisipasi melindungi kota dan warganya. Di sini Aida sudah memulai perannya sebagai penerjemah antara pemerintah kota Srebrenica dengan pasukan PBB. Aida sendiri adalah warga asli Srebrenica yang dapat berbahasa asing dengan lancar.

Awalnya Kolonel Karremans menjanjikan kepada Walikota Srebrenica bahwa PBB akan memaksa pasukan Serbia meninggalkan kota. Jika tidak, pihaknya akan mengarahkan 40 sampai 70 pesawat tempur untuk menghalau mereka.

Pasukan PBB Tak Berdaya

 Kolonel Karremans sesungguhnya telah berusaha menepati janjinya dengan menghubungi markas pusat PBB di New York. Sayangnya, ia harus menelan pil kekecewaan saat markas pusat tidak serius dalam memenuhi permintaannya. Ketidakberdayaan pasukan PBB di Srebrenica, memuluskan tindakan brutal pasukan Serbia. Ancaman dan peringatan Kolonel Karremans bahkan tembakan peringatan dari Peacekeeper (penjaga perdamaian) PBB asal Belanda pun tidak mampu menghentikan aksi Jenderal Mladic dan pasukannya.

Meski demikian, pasukan PBB tetap berusaha mengamankan warga ke kamp pengungsian yang juga disiapkan oleh PBB. Begitupun Aida, suami serta kedua putranya yang sudah berusia remaja. Meski demikian, mereka termasuk warga yang tidak dapat ditampung di gedung pengungsian karena tidak mampu menampung pengungsi yang jumlahnya mencapai 25 ribu orang. Selain keterbatasan tempat dan logistik, masalah keamanan juga menjadi ancaman serius. Hal inilah yang menyebabkan Kolonel Karremans tetap berusaha meminta pertolongan ke markas pusat PBB, tetapi lagi-lagi berakhir tanpa hasil.

Negosiasi dan Siasat Licik Jenderal Mladic

Tembakan tiba-tiba pasukan Peacekeeper PBB ke pasukannya saat menguasai Srebrenica, membuat Jenderal Mladic berpikir bahwa pasukan PBB tidak dapat dihadapi dengan kekerasan. Ia kemudian memutuskan bernegosiasi dengan Kolonel Karremans. Tetapi ia meminta perwakilan dari warga sipil Bosnia untuk ikut serta dalam negosiasi. Aida sekali lagi memainkan peran sebagai penerjemah antara pasukan PBB dan warga sipil untuk meminta kesediaan mereka mengikuti negosiasi. Berhubung hanya seorang warga yang berani mengajukan diri, maka Aida menyarankan suaminya juga menjadi perwakilan karena ia sosok yang cukup terpelajar. Hal ini sekaligus menjadi peluang suami dan putranya dapat masuk ke dalam gedung pengungsian.

Melalui mediasi Aida sebagai penerjemah, dihasilkan kesepakatan saat negosiasi. Pihak PBB akan meminta warga sipil yang memiliki senjata untuk diserahkan ke pihak Serbia dan sebagai imbalan mereka akan menjamin keamanan warga sipil. Warga sipil juga diberikan pilihan tetap tinggal di kota Srebrenica atau pergi meninggalkan kota. Jika mereka memilih akan meninggalkan kota, maka pasukan PBB akan menyiapkan transportasinya sedangkan pasukan Serbia akan membantu pengamanannya. Jenderal Mladic juga akan membantu logistik bagi mereka yang berada di pengungsian.

Strategi licik Mladic terbukti saat ia dan pasukannya mengerahkan beberapa bus dan truk untuk mengevakuasi warga sipil yang berada di luar gedung pengungsian. Evakuasi ini tanpa sepengetahuan dan persetujuan pihak PBB.  Anak-anak dan wanita dinaikkan ke bus sementara pria dewasa dan remaja dinaikkan ke truk pengangkut. Sudah bisa ditebak bahwa para pria ini akan dieksekusi oleh Mladic dan pasukannya. Kolonel Karremans yang datang dan menyaksikan tindakan pasukan Serbia menyatakan keberatannya. Didampingi oleh Aida, Karremans melampiaskan kemarahannya kepada Mladic yang telah melanggar kesepakatan. Tetapi Mladic tetap bersikeras dan Karremans tidak dapat berbuat apa-apa, sehingga evakuasi tetap dilanjutkan. Tinggallah warga sipil yang masih berada dalam gedung pengungsian termasuk suami dan kedua putra Aida.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun