Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Genosida Rwanda: Tumbal Ambisi Politik, Perang Saudara dan Dendam Sejarah Warisan Barat

1 Juli 2024   06:55 Diperbarui: 1 Juli 2024   07:07 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dendam sejarah inilah yang oleh Hutu dijadikan alasan  pembenaran untuk melakukan tindakan pembersihan etnis atau suku (genosida). Korban genosida mayoritas berasal dari suku Tutsi yang minoritas di Rwanda dan sebagian kecil berasal dari suku Hutu yang bersikap moderat terhadap Tutsi. Lalu bagaimana pemaparan lengkapnya? Kami mencoba menyajikannya secara kronologi.

Ambisi Kelompok dan Penembakan Presiden Rwanda

Genosida di Rwanda berawal dari penembakan Presiden Juvenal Habyarimana bersama Presiden Burundi pada 6 April 1994. Saat itu keduanya sedang berada dalam pesawat helikopter pemberian Presiden Prancis, Francois Mitterand. Penembakan di bandara Kigali ini lalu diidentifikasi sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Presiden Habyarimana yang berencana menyatukan berbagai suku dalam komposisi pemerintahannya. 

Rencana pembagian kekuasaan lintas suku ini tertuang dalam Piagam Arusha (Arusha Accord) yang ditandatangani setahun sebelumnya. Di antara langkah yang sudah dilakukan oleh Habyarimana adalah menunjuk Agathe Uwilingiyimana dari suku Tutsi sebagai Perdana Menteri. Habyarimana sendiri berasal dari suku Hutu, tetapi mencermati rencananya maka bisa dikatakan ia merupakan golongan suku Hutu yang moderat.

Rekayasa kepentingan atau ambisi kelompok tertentu semakin nyata ketika radio setempat menyiarkan berita bahwa pelaku penembakan terhadap presiden Habyarimana adalah pemberontak dari minoritas suku Tutsi. 

Mereka tergabung dalam Rwandan Patriotic Front (RPF), ada juga literatur yang menulisnya Front Patriotique Rwandais (FPR). Adapun radio yang menyiarkan bahwa mereka adalah pelakunya adalah Radio Television Libre des Mille Collines (RTLM) yang didirikan oleh Ferdinand Nahimana dan dikendalikan oleh pemimpin milisi Hutu, Georges Rutuganda. 

Milisi Hutu bernama Interahamwe inilah yang menggaungkan pemerintahan satu suku dan sangat terkenal membenci suku Tutsi. Meski demikian, Interahamwe dengan kekuatan publikasinya menuduh RPF yang melakukan penembakan terhadap Presiden Habyarimana.

Peristiwa penembakan terhadap Presiden Rwanda ditambah kekuatan publikasi dari Interahamwe lantas memicu genosida terhadap orang-orang bersukut Tutsi dan suku Hutu moderat. Beberapa jam pasca penembakan, milisi Hutu sudah melakukan blokade di berbagai tempat untuk menghalangi warga beretnis Tutsi meninggalkan Rwanda. 

Kebencian Hutu terhadap Tutsi juga dipicu oleh dendam sejarah. Saat Rwanda berada di bawah kekuasaan Prancis, Tutsi justru dituduh bersekongkol dengan Belgia untuk menguasai Rwanda. Maka dengan demikian, genosida di Rwanda juga tidak terlepas dari kepentingan negara Eropa dalam hal ini Prancis. Bahkan pasca penembakan Presiden Habyarimana, Prancis dituduh membantu pasukan khusus Garda Presiden dan milisi Interahamwe.

Genosida Melibatkan Angkatan Bersenjata, Milisi hingga Oknum Parpol

Dua kekuatan inilah yang memegang kendali atas genosida yang terjadi selama hampir seratus hari di Rwanda. Angkatan Bersenjata khususnya Angkatan Darat saat itu dipimpin oleh Jenderal Augustin Bizimungu sedangkan milisi Hutu, Interahamwe dipimpin oleh Georges Rutuganda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun