Hingga kini totalitas bantuan Indonesia ke warga Palestina, khususnya Gaza termasuk Rafah semakin terbukti. Bantuan kemanusiaan berupa pakaian dan makanan, obat-obatan dan tenaga medis hingga pembukaan kembali rumah sakit Indonesia menjadi fakta tak terbantahkan. Belum lagi dukungan politis di forum-forum internasional termasuk di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Terbaru, pemerintah Indonesia sudah merencanakan pengiriman pasukan penjaga perdamaian jika gencatan senjata disetujui oleh dua pihak yang bertikai yakni Israel dan Hamas. Meski demikian, ada satu hal yang kemudian memicu respon berbeda yaitu rencana pemerintah mengevakuasi warga Gaza ke Indonesia. Rencana ini menimbulkan pro kontra di masyarakat.
Evakuasi Warga Gaza ke Indonesia untuk Perawatan Medis
Sekitar dua pekan sebelumnya, beberapa media memberitakan bahwa Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang sekaligus presiden terpilih, menyampaikan ke publik terkait rencana pemerintah mengevakuasi warga Gaza ke Palestina. Prabowo mengatakan siap mengevakuasi sekitar 1.000 pasien di Gaza yang terluka akibat serangan Israel untuk dirawat di rumah sakit Indonesia, terutama wanita dan anak-anak. Prabowo melanjutkan dengan rencana pengiriman pasukan penjaga perdamaian jika diminta oleh PBB. Begitupun pengiriman tenaga medis untuk pengoperasian rumah sakit Indonesia di Gaza.
Dengan demikian, sebelum memicu respon berlebihan masyarakat Indonesia maka kita harus paham bahwa rencana evakuasi warga Gaza ke Indonesia bukan untuk menetap secara permanen di Indonesia tetapi untuk kepentingan perawatan secara medis. Bahkan pemerintah merencanakan memberikan perawatan pasca trauma dan pendidikan---terutama di beberapa pesantren--bagi korban anak-anak untuk sementara waktu sebelum dipulangkan. Tentu pemulangan mereka akan dilaksanakan jika situasi telah kembali stabil di negeri asal mereka. Dengan kata lain mereka akan dipulangkan jika telah pulih dan situasi terkendali, sebab jika masih dalam suasana mencekam apalagi perang maka pemulangan itu hanya akan mengembalikan mereka ke alam penderitaan setelah mereka merasakan ketenangan di Indonesia.
Perlu Waktu dan Proses untuk Mengeluarkan Mereka dari Gaza
Hal ini juga perlu dipahami, bahwa evakuasi mereka ke Indonesia tentu bukan perkara mudah. Ini menyangkut warga negara lain yang bisa dikatakan akan dievakuasi secara massal. Tentu ini prosesnya tidak instan. Itulah sebabnya dari beberapa media kita mengetahui bahwa Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi menyatakan bahwa proses mengeluarkan warga Gaza sedang dibahas. Ia juga menjelaskan bahwa persiapan-persiapan seperti itu biasanya membutuhkan waktu yang lama.
Bahkan jika mengutip Kompas.com (4/6/2024), Menlu Retno menyebut bahwa evakuasi ini akan dilakukan pada masa pemerintahan Prabowo sebagai presiden terpilih. Diketahui Prabowo menjadikan rencana evakuasi ini bahan diskusi dengan mantan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawangsa. Khofifah yang kembali mencalonkan diri di Pilgub Jatim itu menegaskan dirinya siap menampung warga Palestina di Jawa Timur. Provinsi lain yang disebut bersedia menampung adalah Jawa Barat.
Dengan demikian, perlu waktu dan proses untuk mengeluarkan mereka dari Gaza. Jadi, semoga rencana evakuasi warga Gaza dari Indonesia tidak lagi menjadi polemik. Meski demikian, kita juga harus bersikap toleran terhadap kritikan dari masyarakat yang merasa keberatan dengan rencana tersebut.
Pro Kontra
Di antara alasan mereka yang mendukung rencana evakuasi warga Gaza ke Indonesia adalah hak asasi manusia dan perdamaian dunia. Hal ini tentu mengingatkan kita dengan amanat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 bahwa Indonesia adalah negara yang menentang penjajahan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan. Selain itu diamanahkan pula bahwa Indonesia akan ikut serta berperan aktif dalam upaya perdamaian dunia.
Lalu apa alasan masyarakat yang menolak rencana evakuasi warga Gaza ke Indonesia? Tentu kita ingat betul bahwa sosok yang paling mengkritik rencana ini adalah Nikita Mirzani. Video yang memperlihatkan artis ini mengkritisi kebijakan pemerintah ini bukan hanya diposting di akun instagram tetapi sudah dikutip oleh beberapa media. Menurut Nikita, lebih baik pemerintah memperhatikan warga Indonesia yang masih miskin dan kesulitan pangan. Ia memberikan contoh masyarakat di pelosok seperti Papua. Ia lalu mengingatkan pemerintah akan visi Indonesia Emas 2045 yang akan sulit digapai jika anak-anak Indonesia mengalami gizi buruk. Ada pula yang beralasan hal ini akan membahayakan hubungan Indonesia dengan Israel. Mereka dengan vulgar menyebut resiko kita dibom Israel jika berani mengevakuasi warga Palestina ke Indonesia. Meski banyak warganet yang setuju dengan argumen Nikita, tetapi beberapa lainnya menanggapi Nikita kurang peduli dengan warga Palestina, bahkan ada warganet yang tidak setuju dengan kalimat Nikita, "Ga Usah Mikirin Palestina."Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H