Manakah yang lebih dulu, kelahiran Ishak atau penyembelihan Ismail? Jawabannya telah disinggung di bagian terdahulu bahwa Ismail lahir tiga tahun sebelum Ishaq lahir. Itulah sebabnya, di bagian ini berita gembira kelahiran Ishaq dikisahkan lebih dahulu.
Lalu adakah kaitan antara berita gembira kelahiran Ishak dengan perintah menyembelih Ismail? Mari kita runtut kembali peristiwanya.
Setelah 20 tahun menunggu dikaruniai anak, Nabi Ibrahim dan Sarah nyaris putus asa, andaikan mereka tidak berserah diri kepada Allah dengan terus berdoa agar dikaruniai anak keturunan yang saleh. Di tengah keputusasaan, apalagi Sarah merasa memang mandul, Allah memberikan kabar gembira akan kelahiran Ismail. Tiga tahun kemudian, Allah kembali mengkaruniakan anak yang saleh yakni Ishak. Allah mengikutsertakan berita gembira bahwa kelak dari kedua putranya ini akan lahir keturunan yang akan menjadi Nabi dan Khalifah.
Tentu saja, selaku utusan Allah, Nabi Ibrahim yang memang sangat menicintai Allah dan agama-Nya, sangat bergembira dengan semua nikmat ini. Tetapi belumlah berarti pernyataan cinta itu tanpa diuji, apakah Nabi Ibrahim masih lebih mencintai Allah setelah mendapat nikmat dan karunia anak-anak yang saleh, yang begitu lama diimpikan. Ujian dimaksud adalah perintah Allah menyembelih Ismail, putra pertamanya yang lama dinantikan kelahirannya.
Kisah penyembelihan Ismail di antaranya dapat ditemukan dalam QS. Ash-Shaffat: 99-113. Dikisahkan bahwa setelah Ismail sampai pada umur sanggup berusaha bersama ayahnya, Nabi Ibrahim berkata, 'Wahai anakku! Sesungguhnya, aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!' Ismail menjawab, 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.'
Saat Nabi Ibrahim hendak menggerakkan pisaunya di leher Ismail, Allah memanggilnya, "Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu." Yaitu tujuan dari perintah itu sudah tercapai.
Allah kemudian menggantikan Ismail dengan seekor sembelihan yang besar. Menurut pendapat masyhur kalangan jumhur, hewan sembelihan yang dimaksud adalah domba putih, lebar matanya, dan bertanduk. Nabi Ibrahim melihat kambing tersebut terikat pada sebuah tombak di gunung Tsabir (salah satu gunung terbesar di Makkah).
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H