Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Cuitan" Fedi Nuril ke Bahlil Lahadalia: Mengkritisi Kebijakan atau Gaya Komunikasi?

7 Juni 2024   07:08 Diperbarui: 9 Juni 2024   07:22 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fedi Nuril dan Bahlil Lahadalia (Fajar.co.id)

Kemarin, penulis dikagetkan dengan berita berjudul "Bahlil Terkesan Mengancam Pihak yang Menolak Konsesi Tambang ke PBNU, Fedi Nuril: Memangnya Saya Mau Diapain?"

Keterkejutan penulis tentu karena yang terbayang saat mengingat Fedi Nuril adalah seorang aktor yang pertama kali naik daun melalui film religi Ayat-Ayat Cinta. Popularitas penggemar klub Manchester City ini makin melejit setelah membintangi film layar lebar bergenre remaja, cinta dan petualangan berjudul 5 CM lalu film religi keluarga bertema poligami berjudul Surga yang Tak Dirindukan. Penulis sendiri masih menemukan beberapa judul film yang dibintangi oleh aktor  yang tak pernah bermimpi terkenal ini. Di antara deretan film dimaksud seperti Rumah Masa Depan, 48 Jam untuk Indah, Air Mata di Ujung Sajadah, Kejarlah Daku Kau Kutangkap, Mendadak Kaya, D.O.A Cari Jodoh, Shy Shy Cat, dan Satria Dewa: Gatot Kaca.

Setelah menonton beberapa film terbaik yang dibintangi oleh aktor  yang sempat jadi akuntan ini, penulis menyimpulkan bahwa ia termasuk aktor dengan peran terpuji atau yang lazim dikenal dengan istilah protagonis. Kesan inilah yang kuat, meskipun di film 48 Jam untuk Indah tokoh yang diperankannya terpaksa menyandera direktur perusahaannya serta beberapa rekan kerjanya. Hal itu dilakukannya semata-mata untuk menyelamatkan putri semata wayangnya yang harus segera menjalani operasi di otak. Jika tidak, ia terancam kehilangan buah hati yang dibanggakan karena kecerdasannya. Ia rela berkorban bekerja lembur demi memasukkan anaknya di sekolah unggulan.

Sepengetahuan penulis, satu-satunya film yang memperlihatkan sosok ayah dari tiga anak ini berperan antagonis adalah Satria Dewa: Gatot Kaca. Di film itu, sang sutradara Hanung Bramantyo menawari Fedi peran Aswatama, anggota keluarga Kurawa yang memusuhi Pandawa. Meski demikian, kemunculannya di film ini sangat sedikit bahkan hanya tampak jelas saat film akan berakhir.

"Cuitan" Fedi Nuril Menolak Konsesi Tambang ke Ormas

Momen Fedi Nuril mengkritisi salah satu kebijakan pemerintahan Jokowi tentu menjadi surprise sekaligus mengundang tanda tanya. Surprise karena sosok yang akrab dengan peran poligami ini tidak identik dengan isu-isu yang berkaitan dengan politik. Termasuk saat bangsa ini sedang hiruk-pikuk karena Pemilihan Presiden (Pilpres), penulis tidak menemukan satu pun informasi dari media termasuk media online terkait komentarnya.

Namun kali ini, aktor dan gitaris yang cara berpakaiannya terinspirasi oleh seniman dan gitaris berkebangsaan Inggris, Noel Gallagher ini muncul di dunia nyata mengkritisi pemerintahan Jokowi. Tidak tanggung-tanggung, ia menulis cuitan di akun twiternya, "Kepada Pak @Jokowi. Saya tidak setuju PBNU dikasih konsesi tambang karena saya tidak suka dengan ancaman yang diucapkan oleh menteri Bapak. Memangnya saya mau diapain kalau tidak setuju, Pak @bahlillahadalia?" Demikian cuitan Fedi Nuril dikutip dari Fajar.co.id (5/6/2024).

Komentar aktor sekaligus gitaris Garasi ini menanggapi pernyataan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia yang mengungkapkan rencananya memberi konsesi tambang batu bara ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Hal ini menindaklanjuti Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 Tahun 2024 yang mengatur pemberian Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) bagi organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan.

Di kesempatan Kuliah Umum di Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama sebagaimana disiarkan di chanel youtube BKPM (5/6/2024), Bahlil menyampaikan bahwa keputusan memberi konsesi batu bara yang cadangannya cukup besar kepada PBNU sudah sesuai arahan dan pertimbangan dari beberapa menteri, bahkan sudah disetujui oleh Presiden Jokowi. Adapun tujuan pemberian konsesi batu bara kepada PBNU adalah dalam rangka mengoptimalkan organisasi. Setelah menjelaskan demikian, Bahlil lalu bertanya kepada para mahasiswa, "Setujukah kalian? Kalau ada yang tidak setuju kalian mau apain dia?"

Kalimat terakhir itulah yang direspon Fedi Nuril dalam cuitan di akun @realfedinuril, "Kepada Pak @Jokowi. Saya tidak setuju PBNU dikasih konsesi tambang karena saya tidak suka dengan ancaman yang diucapkan oleh menteri Bapak. Memangnya saya mau diapain kalau tidak setuju, Pak @bahlillahadalia?"

Memaknai "Tantangan" Fedi Nuril

Jika dihubungkan dengan sosok Fedi Nuril yang selalu religius dalam setiap perannya ditambah dengan lowprofile dan sosoknya yang kalem dan tidak kita temukan gosip sedikit pun tentangnya. Ditambah kenyataan bahwa ia sangat menjaga diri dari "terlibat" dalam isu-isu politik maka isi cuitannya di twiter tidak boleh dimaknai sebagai penentangan terhadap kebijakan Presiden Jokowi. Tersirat dalam cuitan itu bahwa ia hanya tidak respect dengan kalimat yang dipilih oleh Menteri Bahlil Lahadalia yang menurutnya mengandung ancaman. Pertanyaan itu pun terkesan menggugah respon umum mahasiswa terhadap mereka yang tidak menyetujui keputusan memberikan konsesi kepada PBNU dengan pertanyaan, "Kalau ada yang tidak setuju, kalian mau apain dia?"

Jadi Fedi Nuril mencoba memberikan pesan tentang gaya berkomunikasi di hadapan publik dengan menggunakan standar komunikasi yang dipahami dan menjadi style-nya sebagai sosok yang cool calm meski jadi komedian juga di beberapa filmnya. Tentu Fedi Nuril juga harus mengingat satu hal bahwa Bahlil Lahadalia adalah seorang menteri sekaligus politisi sebuah partai yang mendukung pemerintahan Jokowi. Tentu saja ia akan menggunakan gaya komunikasi yang tidak sama dengan gaya komunikasi orang pada umumnya, apalagi gaya komunikasi seorang aktor terpuji yang selalu memerankan sosok protagonis.

Satu hal lagi yang menjadi pendukung bahwa Fedi Nuril tidak respect pada gaya komunikasi berkonotasi negatif adalah saat dirinya pernah "curhat" tentang mudahnya orang marah di media sosial dan memaki-maki orang lain, bahkan termasuk pada orang yang mereka tidak kenal. Ia lalu mengaku tidak ingin menjadi sosok seperti itu.

"Bukannya ada masalah dan langsung menghakimi atau bully. Kita harus punya perhatian kenapa seseorang melakukan sesuatu hal. Saat kita tahu masalahnya apa, mari kita bantu, bukan malah dikucilkan atau dihakimi," ujarnya disela-sela meet and greet film ayat-ayat cinta tahun 2017 silam (Kompas.com, 27/12/2017).

Maka hal ini semakin menguatkan persepsi kita bahwa pemeran Fahri yang penyabar ini tidak bermaksud "menantang" seorang menteri apalagi presiden. Ia hanya menyayangkan gaya komunikasi seorang menteri yang dinilainya tidak pantas diungkapkan di depan publik. Dengan demikian, kedua pihak baik aktor Fedi Nuril maupun menteri Bahlil Lahadalia harus memahami gaya komunikasi masing-masing, karena gaya komunikasi sangat ditentukan oleh "peran" masing-masing individu dalam kehidupan nyata.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun