Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bagaimana Menyikapi Hukum Mencium Hajar Aswad dan Cara Menciumnya?

5 Juni 2024   11:03 Diperbarui: 9 Juni 2024   03:35 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamaah haji berebutan mencium hajar aswad (Kompas.com)

Di antara pemandangan menyolok saat pelaksanaan ibadah haji adalah berdesak-desakannya manusia untuk mencium hajar aswad. Tidak sedikit yang bahkan harus terinjak atau badannya diangkat di atas kepala para jamaah haji setelah berhasil mencium hajar aswad. Tujuannya tentu saja memberi kesempatan kepada jamaah di belakangnya untuk mendapat giliran.

Penulis teringat pengalaman ayahnya saat berdesak-desakan untuk mencium hajar aswad. Hanya saja ia mendapatkan keajaiban sehingga dimudahkan mendekat, karena disangka berasal dari Yaman. Menurutnya ia sering dimudahkan dalam pelaksanaan ibadah haji, karena orang Yaman cukup dihormati di kalangan jamaah haji.

Bagaimana sesungguhnya kedudukan hajar aswad ini? Apakah Nabi saw memang pernah menciumnya? Lalu bagaimana sikap sahabat Nabi saw terkait mencium hajar aswad? Penulis mencoba mengulasnya berdasarkan dua rujukan ulama yaitu Syekh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dan Dr. Ahmad Asy-Syarabaasy.   

Tentang Rukum Yamani, Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam Zadul Ma'ad bukan hanya menjelaskan tentang kedudukan hajar aswad, tetapi juga rukun yamani dan maqam Ibrahim. Menurut murid Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah ini ada riwayat bahwa Nabi saw mencium rukum yamani, tapi tidak memeluknya dan tidak pula memeluk dengan tangan tatkala menciumnya. 

Adapun mengenai hajar aswad, beliau saw mencium beserta tangannya, dengan meletakkan tangan padanya, kemudian memeluknya. Adakalanya beliau mencium dengan tongkatnya. Jadi ada tiga cara dalam hal ini. Ath-Thabrani menyebutkan dengan isnad yang jayyid, bahwa tatkala mencium itu beliau mengucapkan, "Dengan Asma Allah, Allah Mahabesar." 

Kemudian tatkala melewati hajar aswad pada thawaf berikutnya, beliau hanya mengucapkan Allahu Akbar dan tidak menciumnya. Setelah selesai thawaf, beliau menuju belakang maqam, seraya membaca ayat, "Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat salat." (Al-Baqarah: 125). 

Kemudian beliau salat dua rakaat. Posisi maqam antara beliau dan Kakbah. Sesudah Al-Fatihah beliau membaca surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlash. Seusai salat beliau mendatangi hajar aswad lalu menciumnya. Kemudian beliau menuju Shafa dengan pintu yang berbeda.

Mencium Hajar Aswad Bukan Termasuk Kewajiban

Hal ini telah disinggung oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dan ditegaskan pula oleh Dr. Ahmad Asy-Syaraabasyi dalam Yas'alunaka fi ad Diini wa al Hayaah (Dialog Islam) jilid I. Ulama Mesir sekaligus akademisi di Al-Azhar ini menjelaskan bahwa mencium hajar aswad tidak termasuk kewajiban yang menjadi tolok ukur keabsahan haji, tetapi sekadar sebagai anjuran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun