Jika kita bertanya apa fenomena dunia yang paling menyita perhatian dan simpati publik setelah Israel membom kamp pengungsian Tas as-Sultan di Rafah bagian Selatan pada Minggu, 26 Mei 2024? Maka jawabannya adalah fenomena "All Eyes on Rafah".
Awal mula fenomena simpati dunia ini adalah sebuah gambar yang dibuat dengan Artificial lntelligence (AI) bertuliskan "All Eyes on Rafah" yang telah membanjiri media massa sejak Selasa (28/5/2024). Kalimat itu ditulis mencolok di antara gambar barisan tenda pengungsian yang tampak padat dan membentang rapi di sebuah gurun. Itu adalah gambaran tenda pengungsian ratusan ribu warga Palestina selama Perang Israel-Hamas sejak Oktober 2023 lalu.
Lalu apa sesungguhnya arti ungkapan "All Eyes on Rafah" yang sedang tranding itu? Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kalimat ini sesungguhnya berarti Semua Mata Tertuju pada Rafah. Meski demikian, slogan ini bukan lagi hanya berisi seruan untuk terus memantau perkembangan di Rafah, tetapi telah menjelma menjadi ungkapan doa untuk Rafah dan di sisi lain menjadi laknat untuk Israel.
Sosok Di Balik "All Eyes on Rafah": Direktur hingga Selebriti Dunia
Mengutip video Kompas.com (29/5/2024), ungkapan "All Eyes on Rafah" awalnya muncul dari Direktur Kantor Wilayah Pendudukan Palestina di organisasi kesehatan dunia (WHO), Reek Peepercorn, pada Februari 2024 lalu. Ia menyerukan "All Eyes on Rafah" beberapa hari setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memerintahkan rencana evakuasi di Rafah menjelang serangan dilancarkan Israel. Trandingnya slogan ini juga tidak bisa dilepaskan oleh peran banyak selebriti papan atas India seperti Varun Dhawan, Aly Ghoni, Samantha Ruth Prabhu, dan Tripti Dimr. Aksi mereka lalu diikuti oleh selebriti dunia lainnya seperti penyanyi Inggris Leigh-Anne Pinnock, model Holliwood Bella Hadid dan aktris Saoirse-Monica Jackson dan Susan Sarandon.
Dibagikan 44 Juta Kali di Akun Instagram
Hal ini sebagaimana dilansir video Kompas.com (30/5/2024) bahwa gambar bertuliskan "All Eyes on Rafah" telah dibagikan lebih dari 44 juta akun instagram. Ini tentu sebuah perwujudan simpati dunia terhadap penderitaan rakyat Palestina selama perang paling dahsyat antara Israel-Hamas. Tentu bukan hanya di instagram saja, tetapi dibagikan melalui berbagai platform media sosial, seperti facebook, twiter hingga grup-grup whatsapp. Begitupun tanda pagar (tagar) #alleyesonrafah yang telah mencapai 1 juta cuitan.
"All Eyes on Rafah": Semiliar Laknat untuk Israel
Di salah satu grup whatsapp penulis dibagikan sebuah video yang diberi caption "SAVE GAZA ALL EYES ON RAFAH FREE PALESTINA". Video yang diberi tagar #SPIRITOFAQSANEWS itu berisikan seruan untuk pembebasan Palestina. Di video itu salah satu tokoh umat Islam Indonesia yang sosoknya identik dengan aksi bela Palestina, Ustadz Bahtiar Nasir menegaskan bahwa genosida Israel di Rafah sudah semakin brutal.
Oleh sebab itu ia mengajak seluruh umat Islam, dan secara umum rakyat Indonesia untuk menyatakan perlawanan terhadap kekejian kemanusiaan genosida yang sedang berlangsung saat ini di Rafah. Ia lalu mengajak menghadiri aksi All Eyes on Rafah, semiliar laknat untuk Israel pada Sabtu, 1 Juni 2024 di depan Kedutaan Amerika Serikat (AS) dimulai dari pukul 06.00 pagi (WIB). Ia juga menjelaskan bahwa aksi ini untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia sangat peduli dan anti kepada penjajahan apalagi pembantaian kemanusiaan. Seruan itu diakhiri dengan slogan "Save Rafah: All Eyes on Rafah".
Lalu bagaimanakah aksi simpati yang bisa dikatakan terinspirasi oleh slogan All Eyes on Rafah? Di antara aksi yang digelar pada Sabtu (1/6/2024) adalah aksi bela Palestina sebagaimana diserukan oleh Ustadz Bahtiar Nasir. Diberitakan bahwa massa bela Palestina berkumpul di depan Kedubes AS pada Sabtu (1/6/2024) sejak pukul 06.30 WIB.
Massa yang diinisiasi oleh Koalisi Indonesia Bela Baitul Maqdis (KIBBM) itu bertajuk "All Eyes on Rafah". Massa yang membawa sejumlah atribut seperti bendera, poster hingga ikat kepala itu mengutuk genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina khususnya di Rafah.
Demo “Dunia Benci Israel”
Aksi masyarakat dunia membenci dan mengutuk genosida Israel di Rafah bukan hanya di Indonesia. Sebelumnya aksi demontsrasi juga terjadi di sejumlah negara di Eropa dan Amerika Latin pada Selasa-Rabu (28-29/5/2024), seperti di Inggris, Prancis, Meksiko, Tunisia, dan Kanada. Pengunjuk rasa bukan hanya membawa dan mengibarkan bendera-bendera Palestina tetapi juga poster-poster bertuliskan seruan penghentian genosida oleh Israel. Begitupun poster-poster yang bertuliskan “All Eyes on Rafah” yang menjadi bukti bahwa slogan ini menginspirasi banyak aksi di dunia untuk membela Palestina, dan khususnya Rafah.
Dengan demikian kita patut mengapresiasi apa yang telah dirintis oleh Direktur Kantor Wilayah Pendudukan Palestina di organisasi kesehatan dunia (WHO), Reek Peepercorn dan dibagikan secara luas ke publik oleh banyak selebriti India dan dunia. Begitupun puluhan juta akun instagram serta puluhan juta netizen yang turut membagikan slogan "All Eyes on Rafah" hingga sampai kepada mereka yang membagikannya melalui grup-grup whatsapp.
Mereka semua telah mencoba mengetuk pintu simpati dari publik di berbagai belahan dunia agar jangan melupakan Palestina, Gaza dan kini Rafah. Sedikit dan sekecil-kecilnya peran kita dalam membela saudara yang terzalimi tentu akan mendapat ganjaran dari Yang Maha Kuasa dan tercatat dalam sejarah, paling tidak dalam catatan Sang Penggenggam Alam Semesta.
#alleyesonrafah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H