Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadhan bersama Al-Qur'an: Tamat dengan Indah atau Sekadar Kejar Target?

18 Maret 2024   13:01 Diperbarui: 18 Maret 2024   15:26 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Al-Qur'an (Kompas.com)

Bulan Ramadhan identik dengan Al-Qur'an, bahkan di antara penyebab kemuliaan bulan ini karena diturunkannya Al-Qur'an di dalamnya. Maka di antara amalan penting di bulan Ramadhan adalah memperbaiki interaksi kita dengan Al-Qur'an. Lalu mana sesungguhnya yang terbaik: menjadikan Ramadhan sebagai waktu untuk merefresh keimanan dengan mentadabburi Al-Qur'an atau mengejar target khatam (tamat) hingga beberapa kali. Kita akan coba mengulasnya, sekali lagi dengan mengutamakan sudut pandang ulama lalu menemukan kesimpulan.

Mentadabburi Al-Quran bukan Sekadar Mengkhatamkan

Hal inilah yang dinasihatkan oleh Dr. A'idh Al-Qarni, MA dalam Aqbalta ya Ramadhan (Ramadhan Agar Tak Sekedar Lapar dan Dahaga). Ia menjelaskan bahwa kualitas itu lebih utama daripada kuantitas, meskipun pada masalah tilawah Al-Qur'an. Jangan sampai kita membaca Al-Qur'an secara asal-asalan, yang akan menghilangkan makna-makna dan huruf-hurufnya karena hanya ingin cepat khatam semata. Tetapi, yang dimaksud adalah tadabbur dan menghidupkan makna-maknanya.

Di antara manusia ada yang mengkhatamkan Al-Qur'an selama bulan Ramadhan hanya sekali. Akan tetapi, khatam yang sekali itu sungguh indah, mulia, dan agung. Ia mengobati penyakit-penyakit jiwanya dengan Kalamullah, mengobati luka-luka hatinya dengan Kalam Kekasih-nya.

Dengan demikian, Al-Qur'an memiliki pengaruh saat dibaca. Di samping itu, ada banyak orang yang membaca Al-Qur'an dengan berkali-kali khatam, namun yang menjadi tujuan hanyalah pahala. Ya, mereka akan diberi pahala. Hanya saja, gizi ruh, keteguhan, keyakinan, dan air keimanan tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan tadabbur dan menghidupkan Al-Quran.

Hakikat Tilawah

Agar memantapkan hati kita bahwa tadabbur lebih penting daripada khatam (tamat), kami pilihkan nasihat Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya Miftahus Sa'adah. Beliau rahimahullah menjelaskan bahwa tilawah yang dimaksud di sini adalah tilawah hakiki, yaitu membaca maknanya dan mengikutinya, dengan membenarkannya, menunaikan perintahnya, menjauhi larangannya, dan patuh kepadanya ke mana saja dia menuntun. Jadi tilawah Al-Qur'an meliputi tilawah lafal dan maknanya. Tilawah makna lebih mulia daripada sekadar tilawah lafal. Orang yang melakukan tilawah makna, adalah ahli Al-Qur'an yang berhak menerima pujian di dunia dan akhirat. Mereka itulah ahli tilawah dan pengikut Al-Qur'an yang sesungguhnya.

Anjuran Nabi tentang Menamatkan Al-Quran

Imam An-Nawawi menuliskan dalam kitab At-Tibyan fii Aadaabil Khamalatil Quran bahwa Nabi SAW awalnya menganjurkan para sahabat untuk menamatkan Al-Qur'an sekali dalam sebulan, tetapi ada sahabat yang mengaku sanggup menamatkan Al-Qur'an dalam waktu sepuluh hari, adapula yang sanggup menamatkan sekali dalam tujuh hari.

Meski demikian, kita harus kembali kepada kaidah bahwa Nabi SAW tidak pernah memberatkan umatnya, karena semua anjuran Nabi SAW akan menjadi sunah. Begitupun kaidah bahwa Nabi SAW diutus bukan hanya untuk orang Arab saja. Itulah sebabnya awal Nabi SAW menganjurkan menamatkan Al-Qur'an sekali dalam sebulan agar tidak memberatkan umatnya.

Tidak Mengejar Target Membuat Bacaan Kita Lebih Tartil

Di antara konsekuensi mengejar target tamat berkali-kali adalah kita dapat terjebak pada ketergesa-gesaan dalam membaca Al-Qur'an sehingga bacaan tidak tartil. Hal ini tentu bertentangan dengan Firman Allah dalam Al-Qur'an surah Al-Muzammil ayat 4. Allah Ta'ala berfirman: "...dan bacalah Al-Qur'an dengan tartil."

Para sahabat yang mulia mengartikan tartil dengan membaca secara perlahan dan sesuai dengan tajwid. Imam Al-Mawardi dalam kitab al-Haawi (dikutip oleh Imam An-Nawawi dalam kitab At-Tibyan) sangat mengecam orang-orang yang membaca Al-Qur'an dengan tidak memperhatikan panjang pendeknya bacaan (harakat). Beliau Imam Al-Mawardi rahimahullah bahkan menghukumi fasik mereka yang membaca Al-Qur'an dengan menghilangkan, memasukkan atau memindahkan harakat. Di bagian ini kami mengutip nasihat Imam An-Nawawi bahwa para ulama berkata, "Membaca Al-Qur'an dengan tartil itu disunahkan untuk merenungkan artinya." Mereka juga berkata bahwa membaca dengan tartil disunahkan bagi orang bukan Arab yang tidak memahami maknanya karena hal itu lebih dekat kepada pengagungan dan penghormatan serta lebih berpengaruh di dalam hati.

Kesimpulan

Berdasarkan nasihat dari beberapa ulama di atas, maka sikap yang terbaik adalah mentadabburi Al-Qur'an atau melakukan tilawah hakiki di bulan Ramadhan bukan sekadar mengejar target tamat berkali-kali. Ini juga akan membuat bacaan kita lebih tartil.

Mungkin ada yang bertanya lalu bagaimana dengan ulama yang tamat hingga puluhan kali di bulan Ramadhan atau sahabat-sahabat Nabi SAW yang tamat hanya dalam waktu tujuh hari? Mungkin kita perlu ingat bahwa ulama-ulama yang dimaksud adalah mereka yang sangat paham bahasa Arab bahkan sebagian besar mereka memang merupakan orang Arab. Seringnya mereka tamat juga didukung karena mereka hafal Al-Qur'an.

Kita tidak akan mampu menyamai sahabat-sahabat mulia yang bisa tamat dalam waktu tujuh hari. Mereka adalah murid-murid terbaik dari manusia yang paling paham Al-Qur'an yaitu Rasulullah SAW. Mereka adalah suku terbaik dari suku Arab yang dialek bahasanya dipakai sebagai bahasa Al-Qur'an, sehingga setiap mereka membaca maka sekaligus mereka paham maknanya. Lalu bagaimana dengan kita?

Memang benar ada hadis Nabi SAW bahwa, "Barangsiapa membaca satu huruf Kitab Allah, maka dia mendapat pahala satu kebaikan sedangkan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif, satu huruf dan Lam satu huruf serta Mim satu huruf." (H.R. At-Tirmidzi dan beliau menyebut hadis ini Hasan Sahih). Tetapi jika hanya keutamaan ini yang kita kejar berarti kita hanya mengejar keutamaan mendapat pahala. Kita baru sampai pada derajat khatam, belum pada derajat tadabbur atau tilawah sebagaimana dinasihatkan oleh Dr. A'idh Al-Qarni. Kita belum sampai pada tujuan Al-Qur'an diturunkan sebagai petunjuk dan mungkin juga kita belum sampai pada fungsi Al-Qur'an sebagai obat bagi jiwa-jiwa dan hati kita.

Semoga kita diberi kekuatan untuk mentadabburi Al-Qur'an agar tamat terasa indah bukan sekadar mengejar target menamatkan berkali-kali. Jika mengikuti petunjuk Nabi SAW sesungguhnya tamat sekali dalam sebulan itu adalah anjuran yang pertama. Jika terhadap sahabatnya saja, Nabi SAW menasihatkan mereka untuk tamat sekali saja dalam sebulan, bagaimana dengan kita? Sungguh, di antara manusia ada yang khatam Al-Qur'an hanya sekali selama Ramadhan. Akan tetapi, khatam yang sekali itu sungguh indah, mulia, dan agung bahkan sanggup mengobati penyakit-penyakit jiwa dan mengobati luka-luka hati dengan Kalam Kekasih-nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun