Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berpuasa atau Berbuka bagi Musafir, Mana yang Terbaik?

16 Maret 2024   12:50 Diperbarui: 16 Maret 2024   12:58 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi musafir (dok. pribadi)

Pertanyaan ini sering juga kita dengar. Jawaban terkait ini pun ada dua kutub. Ada yang mengatakan lebih utama tetap berpuasa agar tidak terbebani dengan kewajiban mengganti (qadha) selama tidak membahayakan diri. Kutub yang lain mengatakan lebih utama tidak berpuasa, karena ini adalah sunah Nabi SAW. Penulis akan mencoba membahasnya dari sudut pandang ulama, dalam hal ini Imam Syafi'i dan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, lalu mengambil kesimpulan mana yang terbaik. Berikut penjelasannya:

Lebih Utama Berpuasa Jika Tidak Membahayakan

Hal ini sesuai yang dijelaskan dalam Fiqih Imam Syafi'i Jilid I yang ditulis oleh Prof. Dr. Wahbah Zuhaili. Beliau menjelaskan bahwa bagi musafir lebih afdhal (utama) berpuasa jika tidak membahayakan, sesuai dengan firman Allah SWT, "Puasa kalian itu lebih baik bagi kalian." (QS. Al-Baqarah (2): 184). Sebab, dengan melakukan kewajiban puasa berarti kita telah bebas dari tanggungan dan tidak mengosongkan waktu dari ibadah. Selain itu, tetap berpuasa Ramadhan ketika dalam perjalanan lebih sering dilakukan beliau SAW. Dalam masalah ini kita juga tidak mempertimbangkan pendapat ahli azh-Zhahir yang melarang untuk berpuasa saat safar, dan karena para ulama besar tidak memberikan pertimbangan lain, seperti diutarakan Imam al-Juwaini.

Toleransi kepada Mereka yang Lebih Memilih Tidak Berpuasa

Meskipun dalam penjelasan sebelumnya dikatakan bahwa lebih utama berpuasa jika tidak membahayakan, tetapi kita juga tidak boleh menyalahkan mereka yang lebih memilih tidak berpuasa atau berbuka. Apa yang dijelaskan dalam I'lamul Muwaqi'in oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah bisa menjadi pertimbangan. Beliau menuliskan bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang berpuasa dalam sebuah perjalanan. Rasulullah SAW bersabda: "Jika kamu mau berpuasalah. Jika kamu ingin berbukalah."

Ibnu Qayyim lalu menuliskan suatu riwayat bahwa Hamzah bin Amr bertanya kepada Rasulullah SAW, ia berkata, "Aku memperoleh kekuatan untuk berpuasa dalam sebuah perjalanan, apakah aku berdosa?" Rasulullah SAW bersabda: "Berbuka itu merupakan keringanan dari Allah. Jika seseorang mengambilnya, maka itu suatu kebaikan. Jika ia lebih suka berpuasa, maka ia tidak berdosa." (HR. Muslim).

Perihal Membatasi Jarak untuk Berbuka

Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitab Zaadul Ma'ad menuliskan bahwa bukan termasuk tuntunan beliau yang membatasi jarak perjalanan untuk tidak berpuasa bagi musafir dan juga tidak ada riwayat yang sahih tentang pembatasan ini dari beliau. Bahkan Dihyah bin Khalifah Al-Kalby pernah tidak berpuasa ketika bepergian sejauh tiga mil. Lalu dia berkata kepada orang-orang yang berpuasa saat itu, "Mereka kurang suka terhadap tuntunan Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam."

Selagi para sahabat sudah memulai perjalanan, mereka tidak lagi berpuasa tanpa mempertimbangkan bahwa rumah masih terlihat. Mereka mengabarkan bahwa yang demikian itu merupakan sunah beliau. Ubaid bin Jabr berkata, "Aku pernah bepergian naik perahu bersama Abu Bashrah Al-Ghifary, seorang sahabat Shallallahu Alaihi wa Sallam, dari Fusthath pada bulan Ramadhan. Belum lama meninggalkan rumah, dia sudah meminta bekal makanan, seraya berkata, "Bawa ke sini makanan itu." Aku bertanya, "Bukankah engkau masih bisa melihat rumah?" Abu Bashrah balik bertanya, "Apakah engkau tak menyukai Sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam?" (Diriwayatkan Abu Daud dan Ahmad).

Ibnu Qayyim kemudian menegaskan bahwa ini merupakan atsar yang sangat jelas, bahwa siapa yang ingin bepergian pada bulan Ramadhan, maka lebih baik baginya untuk tidak berpuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun