Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbuat Curang atau Mendukung Kecurangan? Renungkan Kisah di Bawah Ini

13 Februari 2024   19:41 Diperbarui: 14 Februari 2024   03:42 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul video The Indonesian Institute

Rabu, 14 Februari 2024 sebuah perhelatan akbar pesta demokrasi akan digelar untuk menentukan masa depan bangsa Indonesia. Sebagai sebuah demokrasi sejatinya tidak ada kecurangan, sebab kecurangan adalah sebuah tanda anti-demokrasi. Tetapi berhubung pertarungan antara kebenaran dan kebatilan sudah menjadi sunnatullah atau hukum alam, maka kita harus tetap waspada dengan praktik yang mengandung kecurangan. Semoga menjadi renungan buat kita semua bahwa di saat ada yang berbuat curang maka dia sedang menzalimi orang lain jika tidak bisa dikatakan merampas hak orang lain.

Semoga dua kisah yang kami pilihkan dari kitab legendaris Tanbihul Ghafilin karya ulama besar Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi di bawah ini bisa menjadi renungan bagi mereka yang berbuat curang atau mendukung kecurangan.

Balasan bagi yang Curang atau Mendukung Kecurangan

Kecurangan adalah sebuah kepengecutan atau sikap tidak jantan dan tidak siap menerima kekalahan. Sangat disayangkan, padahal sudah menjadi resiko jika bertanding maka harus siap kalah, bukan hanya siap menang.

Dikisahkan oleh Al-Faqih dari Abu Maisarah bahwa ada salah satu jenazah  yang terbujur di kuburnya didatangi oleh Munkar dan Nakir sambil membawa cambuk dari api (cemeti). Kedua malaikat itu lalu berkata, "Kami akan memberikan seratus cambukan untukmu." Jenazah itu melakukan pembelaan terhadap dirinya seraya berkata, "Dulu sewaktu di dunia aku melakukan ini dan itu (sambil menyebutkan amal shalih yang pernah dikerjakannya)."

Akhirnya ia pun mendapat keringanan, hanya tinggal sepuluh cambukan yang akan dikenakan kepadanya, kemudian ia pun menyebutkan keseluruhan dari amal baiknya (hingga tak tertinggal satupun), maka ia pun mendapatkan keringanan lagi, dan tinggallah satu pukulan yang diperuntukkan baginya.

Kedua malaikat itu berkata, "Kamu berhak mendapatkan satu cambukan ini, dan tidak bisa tidak." Lantas malaikat mengangkat cemetinya dan mencambukkannya pada mayat itu, maka menyalalah api pada kuburnya karena cambukan tersebut. Kemudian mayat itu bertanya, "Kesalahan apakah yang pernah aku perbuat hingga kalian mencambukkan sedemikian rupa?" Mereka menjawab, "Bukankah dulu ketika kamu melewati sebuah jalan dan di situ kamu melihat orang yang teraniaya dan meminta tolong kepadamu, akan tetapi kamu meninggalkannya/membiarkannya tanpa memberikan pertolongan."

Kemudian Al Faqih berkata, "Lantas akal sehat pun berkata, "Jika hanya karena tidak memberikan pertolongan kepada orang yang teraniaya saja seperti ini siksanya, lantas bagaimanakah siksa yang diberikan bagi orang yang berbuat aniaya itu sendiri."

Kisah di atas jika di bawah ke konteks Pemilu khususnya Pilpres, maka jika ingin terbebas dari siksa kubur seperti di kisah di atas maka ada tiga hal yang dapat diamalkan. Pertama, jangan melakukan kecurangan sebab itu adalah bentuk kezaliman terhadap orang lain. Kedua, berikanlah pertolongan kepada mereka yang dicurangi atau dizalimi. Ketiga, jangan libatkan diri dalam membantu praktik kecurangan atau menzalimi orang lain.

Anda Dicurangi? Jadikan Kisah Berikut sebagai Penghibur

Jika kisah pertama untuk mereka yang berbuat curang atau mendukung kecurangan, maka kisah di bawah ini bertujuan untuk menghibur mereka yang kalah karena dicurangi atau dizalimi.

Diceritakan oleh Al Faqih dengan sanadnya yang bersumber dari Abu Said Al Khudri, bahwa ada salah seorang sahabat Muhajirin ingin berbicara empat mata dengan Rasulullah Saw, sendirian agar ia lebih leluasa di dalam mengungkapkan permasalahannya. Maka datanglah ia menemui beliau, yang pada saat itu sedang memimpin pasukannya di Bath-ha.

Saat itu Rasulullah Saw berpatroli ke tenda-tenda pasukannya menjelang Subuh. Ini sudah menjadi kebiasaan beliau. Tetapi pada malam itu beliau tertahan (dari rutinitasnya) hingga menjelang Subuh, karena ketika beliau keluar dan hendak menaiki kendarannya, tiba-tiba sahabat Muhajirin itu mencegat beliau seraya berkata, "Wahai Rasulullah, saya memiliki keperluan yang harus saya kemukakan kepadamu." Beliau bersabda, "Lepaskanlah (kendaraanku) dan kamu akan mendapatkan yang kamu inginkan."

Akan tetapi sahabat itu tidak mengindahkan perintah dari Rasulullah, lantas beliau mengambil cambuk/pecutnya dan mencambukkannya pada badan sahabat tersebut, hal ini dikarenakan kekhawatiran beliau sampai tertinggal dari jamaah shalat Subuh.

Setelah melaksanakan shalat Subuh, beliau menghadapkan mukanya ke arah para sahabat seraya bertanya, "Siapakah di antara kalian yang tadi terkena cambukku?" Beliau mengulangi perkataannya, "Jika orang itu adalah salah satu di antara kalian maka menghadaplah kepadaku." Kemudian sahabat Muhajirin itu berdiri seraya berkata, "Saya berlindung kepada Allah dan Rasul-Nya." Rasul memintanya untuk mendekat kepadanya dan beliau bersabda, "Terimalah cambuk ini, dan pukulkanlah ke badanku sebagaimana aku tadi mencambukmu!" Dijawabnya, "Saya berlindung kepada Allah, tidaklah patut bagiku memukul rasul-Nya."

Lalu beliau mengulang kembali permintaannya, "Tidak jadi masalah, sekarang pukulkanlah ke badanku." Sahabat itu tetap memberikan jawaban yang sama. Lalu beliau bersabda, "Pukulkanlah ke tubuhku atau kau memaafkanku." Sahabat Muhajirin itu lalu membuang cambuk di tangannya serta berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah memaafkan engkau." Kemudian beliau Saw. bersabda, "Wahai segenap manusia, bertakwalah kepada Allah, tidaklah seseorang yang berbuat zalim kepada orang mukmin, melainkan kelak di hari kiamat Allah akan membalasnya." Al Faqih kemudian mengutip hadits: Sesungguhnya orang yang dizalimi adalah orang yang beruntung kelak di hari kiamat.

Mengapa Rasulullah Saw mengatakan orang yang dizalimi akan beruntung pada hari Kiamat nanti? Karena dia akan mendapatkan kiriman pahala dari mereka yang telah menzalimi, sementara yang menzalimi akan mendapat balasan yang pedih karena kezalimannya. Jadi orang yang curang atau menzalimi orang lain akan mengalami kebangkrutan pada hari Kiamat kelak karena pahalanya akan diberikan kepada orang yang dizalimi. Itulah sebabnya Amirul Mukminin Umar bin Khatthab pernah mengatakan jika kelaparan melanda negeriku, maka akulah yang pertama harus merasakan lapar, dan jika negeriku sejahtera maka akulah yang akan terakhir kenyang. Amirul Mukminin seharusnya menjadi patron pemimpin terutama jika ia mengaku Islam, bahwa kepentingan umat, rakyat, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Itulah sebabnya, pemimpin yang adil akan menjadi golongan yang dirindukan oleh surga, tetapi jika ia menjadi pemimpin yang zalim maka ia bukan hanya akan memikul beban balasan dari Allah tetapi juga akan "didemo" di hari Kiamat oleh orang-orang atau rakyatnya yang telah dizalimi dan dirampas haknya.

Semoga menjadi renungan bagi kita semua, terutama menyambut pesta demokrasi Pemilu 2024, terutama Pilpres esok hari, 14 Februari 2024. Sekali lagi, jangan berbuat curang atau mendukung kecurangan. Renungkanlah bahwa siksa kubur yang pedih sedang menanti, belum lagi pengadilan di hari Kiamat dan ancaman kebangkrutan karena pahala diserahkan kepada mereka yang telah dicurangi atau dizalimi. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun