Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ahok vs Bahlil: Amunisi Baru Ganjar-Mahfud vs Benteng Kokoh Prabowo-Gibran

7 Februari 2024   08:50 Diperbarui: 7 Februari 2024   10:50 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahok bukan hanya mengkritisi Gibran tetapi juga menyoal sikap Jokowi memajukan putranya ini dalam Pemilu 2024 dengan meninggalkan PDIP. Menurutnya, ia dibuat galau oleh sikap teman politik dan sahabatnya ini. Begitupun kritikan Ahok terhadap bantuan sosial (bansos) yang masih menuai polemik. Ahok menyebut bansos itu hanya bantuan sosial padahal seharusnya rakyat mendapatkan keadilan sosial sebagaimana tujuan proklamator saat negara Indonesia didirikan. Ia bahkan menegaskan bahwa bansos hanya ada di zaman kerajaan saat rakyat meminta belas kasihan raja.

Tangkisan Tim Prabowo-Gibran Atas Serangan Ahok

Ketua Tim Kerja Strategis Prabowo Gibran, Bahlil Lahadalia menyatakan tidak perlu menanggapi kritikan Ahok terkait dana bansos. Menurut Menteri Investasi ini, kritikan Ahok hanya pendapat perseorangan bukan pikiran rakyat kecil. Ia juga menyebut jika ada capres-cawapres yang mempersoalkan bansos, berarti ia tak suka jika rakyat mendapatkan bansos. Sebab menurutnya, bansos diberikan berdasarkan kebutuhan rakyat. Ia pun mempertanyakan mengapa bansos baru dipersoalkan menjelang Pemilu 2024, padahal program pemerintah ini sudah berjalan sejak lama.

Terkait kritikan Ahok bahwa Jokowi tidak bisa kerja, Bahlil Lahadalia menyebut apa yang disampaikan oleh Ahok itu tidak ilmiah, sebab survei Public Trust (tingkat kepuasan masyarakat) terhadap kinerja Jokowi mencapai 80% dan ini adalah sebuah rekor. Ia pun balik menyerang bahwa kemampuan Ahok juga diragukan. Ia mengaku tahu persis kualitas Ahok karena pernah bersama di Gerindra dan pernah mendukungnya saat di DKI Jakarta tahun 2012. Ia bahkan menyebut Ahok juga tidak bisa kerja hanya bisa "omon-omon." Ia lalu menyinggung bahwa dulu masyarakat mendukungnya karena ia berduet dengan Jokowi. Menyangkut kesehatan mental, ia menyebut Ahok lebih emosional dibanding Prabowo, misalnya kemarahan Ahok yang disemburkan pada rakyat kecil saat masih menjabat Gubernur DKI Jakarta. Jadi bicara kesehatan mental, menurutnya Prabowo jauh lebih sehat daripada Ahok. Di akhir pernyataannya, ia menegaskan bahwa jika Ahok menyebarkan informasi yang tidak baik tentang Jokowi, masyarakat akan bersikap antipasti terhadapnya. Demikian pernyataan Bahlil sebagaimana dikutip dari video Kompas.com (6/2/2024).

Jejak Digital Pendirian Ahok dalam Pilpres 2024

Sehubungan dengan semakin "ganasnya" Ahok setelah meninggalkan jabatan di Pertamina, penulis mencoba menelusuri jejak digital Mantan Wakil Gubernur (Wagub) Jokowi di DKI Jakarta ini. Penulis di antaranya menemukan video bahwa saat ia masih menjabat Komisaris Utama Pertamina, ia pernah mempersoalkan secara etika putusan Mahkamah Konstitusi yang meloloskan Gibran sebagai calon wakil presiden. 

Ahok kemudian menyatakan akan lebih memilih Ganjar-Mahfud dibandingkan Gibran karena mereka lebih teruji. Ia juga menegaskan bahwa menjadi cawapres bukan sekadar coba-coba, ini tentang nasib negara yang dipertaruhkan hingga 2045. 

Apalagi menurutnya, Gibran belum lengkap sebagai politisi nasional, seperti belum pernah di legislatif maupun eksekutif sehingga dikhawatirkan tidak mengerti urusan kepresidenan. Belum lagi jumlah penduduk kita sebentar lagi akan mencapai 300 juta, tidak mungkin urusan negara ini diserahkan kepada mereka yang hanya akan coba-coba. Demikian dilansir dari video Tribun Network (21/10/2023). Pendirian Ahok saat itu tentu merupakan sebuah sikap berani karena ia masih berada dalam lingkaran kerja kabinet Presiden Jokowi. Dengan demikian, sikap Ahok memilih berada di barisan Ganjar-Mahfud bukanlah spontanitas dan kritikannya terhadap Gibran bukanlah serangan dadakan.

Apakah Ahok merupakan politisi terakhir yang bergabung ke Tim Ganjar-Mahfud atau masih adakah kejutan di sisa waktu delapan hari menuju hari pencoblosan? Lalu apa lagi serangan Tim Ganjar-Mahfud yang bisa dikatakan terlambat "panas" ini? Masihkah Ahok menjadi kekuatan utama untuk menyerang lawan di sisa waktu? Benarkah Ahok menjadi kuda putih Jokowi? Menarik untuk ditunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun