Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wacana Tolak Politik Dinasti dan Pelanggaran HAM hingga Pemakzulan Presiden

19 Januari 2024   07:50 Diperbarui: 19 Januari 2024   07:50 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi Kompas Petang tentang wacana pemakzulan (video Kompas.com)

Wacana Pemakzulan Presiden 

Bukan kebetulan, jika di momen yang sama dengan gerakan mahasiswa, Petisi 100 juga sedang mengampanyekan pemakzulan terhadap presiden. Alasan yang dikemukakan oleh Petisi 100 karena Presiden Jokowi dianggap melakukan intervensi ke Mahkamah Konstitusi (MK) sehingga putranya, Gibran Rakabuming Raka lolos menjadi Cawapres di Pemilu 2024. Tokoh Petisi 100, Faizal Assegaf di Kompas Petang juga menyinggung adanya hubungan dinasti politik dengan gerakan mahasiswa. Lebih lanjut menurut Faizal Assegaf, jika arah tujuan negara ini ditunggangi oleh dinasti politik maka protes berbentuk gerakan moral itu akan muncul. Ia juga menyinggung jatuhnya Suharto sebagai satu contoh. 

Lalu bagaimana tanggapan pihak pasangan Prabowo-Gibran? Tim Kampanye Nasional (TKN) melalui Juru Bicara mereka, Habiburrokhman menilai wacana pemakzulan yang diusung oleh Petisi 100 ini hanya berdasarkan kebencian dan tidak faktual. Presiden Jokowi sendiri melalui Koordinator Staf Khusus Presiden, Arie Dwipayana menyatakan bahwa presiden tidak terpengaruh dengan isu pemakzulan ini. Menurutnya, ini adalah hal yang wajar sebagai sebuah kritik dalam berdemokrasi. Apalagi menurutnya, hasil survei tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden masih tinggi.

Menurut kaca mata saya, jika pun pemakzulan ini tidak mencapai tujuan seperti harapan para penggagasnya, tetapi secara psikologis wacana ini berpengaruh pada gerakan mahasiswa. Jika isu menolak politik dinasti, pelanggaran HAM dan pemakzulan terus menggelinding, maka presiden-wakil presiden terpilih kelak—apalagi jika mereka adalah sasaran tembak gerakan mahasiswa saat ini—akan disibukkan dengan aksi-aksi mahasiswa.

Jika pemerintahan keliru dalam menanggapi gerakan mahasiswa dan wacana pemakzulan ini, mungkin bukan lagi 899 kampus dan 14 ribu mahasiswa, tetapi bukan tidak mungkin pengalaman ’98 akan terulang. Apalagi jika pemerintahan terpilih ternyata melakukan respon yang kontra-demokratis, seperti cara-cara Orde Baru menghadapi gerakan mahasiswa. Jangan lupakan peristiwa Semanggi dan Tragedi Trisakti. Apakah setelah tragedi itu aksi mahasiwa terhenti karena takut dengan aparat? Jawabannya tidak. Sebab ketika keyakinan bahwa yang mereka perjuangkan adalah kebenaran, maka kematian adalah resiko mulia yang mereka tidak takuti.

Sebuah Pesan

Akhirnya, meski penulis bukan siapa-siapa saat aksi 1997-2000, tetapi tak ada salahnya menaruh harapan bagi pemerintah yang terpilih. Jika pun adik-adik mahasiswa melanjutkan aksinya atau aksi mereka semakin membesar, jangan hadapi mereka dengan moncong senjata. Percayalah, mungkin mereka akan mundur karena terdesak. Tetapi di saat yang tak disangka mereka akan muncul laksana lebah atau air bah yang sanggup menumbangkan seorang Jenderal sekuat Suharto sekalipun. Jangan ulangi kesalahan Sang Jenderal di panggung sejarah karena pemerintahan yang kontra-demokratis. Jangan lecehkan reformasi yang telah berusaha dipupuk bersama sejak 1998 hingga hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun