Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Launching Buku Penulis Makassar: Berbagi Inspirasi di Akhir Tahun 2023

29 Desember 2023   05:20 Diperbarui: 29 Desember 2023   05:23 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertempat di Kafe Baca Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Sulsel, puluhan penulis Makassar, Sulawesi Selatan berkumpul pada Kamis, 29 Desember 2023. Penulis yang berkumpul berasal dari berbagai latar belakang profesi seperti Guru Besar, Akademisi, Politisi, Sastrawan, Jurnalis hingga Guru. Mereka berkumpul di bawah koordinasi komunitas kepenulisan Satupena Sulsel dalam rangka peluncuran (launching) buku "Proses Kreatif Penulis Makassar" Jilid II. Rencananya kumpulan tulisan penulis Makassar ini akan diterbitkan dalam empat jilid.

Peluncuran buku kali ini mengusung tema "Peluncuran Buku dan Berbagi Inspirasi Akhir Tahun 2023." Penulis yang sekaligus ikut menyumbang tulisan dan mengikuti acara dari awal hingga akhir, tanpa meninggalkan kursi merekam begitu banyak inspirasi yang harus dibagikan. Hal ini sesuai dengan jejak rekam mereka yang hadir tanpa bermaksud membandingkan satu dengan yang lainnya.

Tentu yang paling pertama didaulat memberi sepatah kata adalah inisiator kegiatan yang sekaligus Koordinator Satupena Sulsel, yakni Rusdin Tompo. Mantan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Sulsel ini di antaranya membagikan pesan bahwa menulis itu penting untuk memberikan argumen-argumen yang akan menjadi solusi atas sebuah permasalahan. Adapun quote inspirasi yang dibagikan, "Tidak ada satu pun tulisan yang akan berlalu begitu saja, karena setiap tulisan ada pembacanya."

Rusdin Tompo saat memberikan sambutan (Dok. Pribadi)
Rusdin Tompo saat memberikan sambutan (Dok. Pribadi)

Menyusul Rusdin Tompo, Firdaus Muhammad sekaligus editor buku diminta memberikan sambutan. Selain mengapresiasi penulis-penulis Makassar, ia juga memberikan apresiasi kepada beberapa penulis nasional yang berkenan berkontribusi menyumbang tulisan seperti S. Sinansari Ecip dan Prof. Anwar Arifin.

Editor buku dengan puluhan karya ini lalu mendaulat pembicara utama, S. Sinansari Ecip untuk berbagi inspirasi. Sosok jurnalis yang telah berusia 83 tahun ini merupakan tokoh pers dengan jejak rekam nasional dalam banyak media ternama seperti Republika, Panji Masyarakat, Pedoman Rakyat, hingga Fajar. Jurnalis dengan segudang pengalaman termasuk saat konflik Poso dan Ambon ini juga banyak memiliki karya berbentuk buku. 

Saat menempuh pendidikan di Universitas Indonesia ia juga pernah merasakan gejolak mahasiswa hingga jatuhnya Orde Lama melalui aksi-aksi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) bersama Gunawan Muhammad. 

Tokoh Jurnalis ini juga pernah bersama Taufik Ismail, Sutarji Culsom Bachri mewakili Indonesia dalam satu ajang kepenulisan internasional. Kembali ke Makassar ia ikut merintis Fajar bersama tokoh pers Sulsel, M. Alwi Hamu. Ia juga diminta mengajar di Universitas Hasanuddin.

Jurnalis senior, S. Sinansari Ecip saat memberikan sambutan dan berbagi inspirasi (Dok. Pribadi)
Jurnalis senior, S. Sinansari Ecip saat memberikan sambutan dan berbagi inspirasi (Dok. Pribadi)

Lalu apa hal paling inspiratif yang dibagikan sesepuh jurnalis ini? Ia memberi pesan bahwa kekuatan penulis itu ada di pertengahan malam saat bermunajat kepada Rabb-nya. Berikutnya jangan malu untuk berlajar kepada para senior. Akhirnya tokoh pers yang telah berusia 83 tahun ini berpesan, "Pendidikan dan pengalaman itu penting, tetapi yang terpenting adalah kesehatan."

Siapa tokoh selanjutnya yang didaulat berbagi inspirasi? Pilihan jatuh kepada Dr. Adi Suryadi Culla. Masyarakat Sulsel sudah sangat familiar dengan sosoknya. Selain sehari-hari berprofesi sebagai Dosen Ilmu Politik di Universitas Hasanuddin (UNHAS), ia juga dikenal dalam rekam jejaknya yang positif sebagai Komisioner KPU Sulsel dan Pusat hingga dua periode. Awalnya ia menyampaikan tantangan menulis saat ini, misalnya meskipun data mudah didapatkan tetapi kadang sulit dituangkan.

Selanjutnya, akademisi dan tokoh Sulsel ini membagikan kisah inspiratifnya saat pertama menulis. Ia berkisah bahwa pertama kali menulis karena jatuh cinta saat duduk di kelas satu SMA. Tetapi ia tidak punya keberanian mengungkapkan isi hatinya, hingga ia putuskan mencurahkannya dalam bentuk tulisan. Tulisan itu lalu dikirimnya ke harian Pedoman Rakyat dan mendapatkan honor. 

Berkat usahanya ini, bukan hanya wanita impian yang berhasil dipersunting tetapi puluhan buku juga menyusul, termasuk yang diterbitkan oleh LP3S. Saat sesinya akan berakhir, dosen Ilmu Politik UNHAS ini membagikan buku terbarunya tentang demokrasi di Indonesia. Secara pribadi ia juga mengaku banyak menulis tentang Pemilu karena kekhawatiran adanya potensi konflik akibat kombinasi negatif antara sistem dan prilaku politik saat ini.

Dr. Adi Suryadi Culla saat berbagi inspirasi (Dok. Pribadi)
Dr. Adi Suryadi Culla saat berbagi inspirasi (Dok. Pribadi)

Setelah terpesona dengan inspirasi tokoh-tokoh sebelumnya, saya belum beranjak dari kursi. Pena saya masih meliuk-liuk di atas selembar kertas. Saya masih penasaran siapa lagi tokoh yang akan didadak untuk berbagi inspirasi. Lalu tersebutlah nama Armin Mustamin Toputiri. Sama dengan tokoh-tokoh sebelumnya, sosok humoris ini sangat familiar dengan masyarakat Sulsel. Selain penulis dan sastrawan, ia juga pernah menjadi legislator DPRD Sulsel selama dua periode.

Ada prinsip kepenulisan sedikit berbeda yang dibagikannya. Ia mengaku mengikuti aliran menulis dan menulis tanpa berpikir untuk diterbitkan menjadi sebuah buku. Intinya ia menuangkan seluruh ide dan gagasan di kepala, termasuk saat ia melukis. Ia membagikan pesan bahwa teruslah menulis untuk menjaga dan mengasah kepekaan sosial kita. Uniknya, jika ia tidak pernah berpikir menerbitkan buku, ia justru menyunting banyak buku bertema politik dan demokrasi untuk diterbitkan. 

Lalu bagaimana awalnya ia jatuh cinta untuk menulis? Ia berkisah bahwa sejak di pesantren (setingkat MTs) ia sudah menikmati membaca majalah-majalah di pesantrennya. 

Saat teman-temannya asyik berolah raga, ia justru mencuri-curi waktu membaca di perpustakaan. Ia pun kadang-kadang harus "keluar" pesantren untuk menemukan terbitan terbaru media yang terbit di Makassar, seperti harian Pedoman Rakyat dan Fajar. Ia pun bercerita bagaimana kemudian ia surat-menyurat dengan Arswendo Atmowiloto hingga dapat menulis di majalah Hi.

Setelah terpana, dengan penuturan Armin Mustamin Toputiri, saya tidak menyangka jika giliran saya yang "ditodong" oleh Rusdin Tompo dan Firdaus Muhammad untuk memberi semacam testimoni proses kreatif saya menulis. Spontan saya kaget dan justru mempersilakan senior saya di kampus untuk terlebih dulu berbicara. Beliau salah satu senior idola saya dalam keseriusan menempa diri dengan ilmu. Beliau bukan lagi nara sumber nasional, tetapi sudah internasional. 

Saat bertemu di Universitas Indonesia sebagai sesama pemakalah Seminar Nasional, ia masih melanjutkan perjalanan ke Padang dan Malaysia untuk menyajikan makalah. Ia kini menjadi Guru Besar Ilmu Sejarah di Uiniversitas Islam Makassar (UIM) setelah sebelumnya menjabat Ketua Program Studi Sejarah di UVRI Makassar. 

Berturut-turut kemudian, akhirnya saya harus rela menerima estafet mikrofon menyusul tokoh-tokoh sastrawan Sulsel seperti Badaruddin Amir, Yudistira Sukatanya dan Muhari Wahyu Nurba.

Terakhir, penulis harus membagikan inspirasi sekaligus testimoni desainer sampul "Proses Kreatif Penulis Makassar" Maysir Yulanwar. Pria sederhana ini membagikan filosofi mengapa di sampul buku ada bunga Dandelon. Ia lalu menuturkan bahwa bunga Dandelon adalah simbol kesetiaan dan keabadian, dan saat bunganya tertiup angin maka ia akan tumbuh di mana-mana. Seperti itulah penulis, ia ibarat bunga Dandelon yang tidak hanya setia menulis tetapi juga akan abadi bersama karyanya, dan dia pun dapat menginspirasi banyak orang untuk menulis seperti dirinya.

Buku Proses Kreatif Penulis Makassar yang diterbitkan oleh Penerbit Pakalawaki (dok. Abd. Rahman Hamid)
Buku Proses Kreatif Penulis Makassar yang diterbitkan oleh Penerbit Pakalawaki (dok. Abd. Rahman Hamid)

Prof. Hasyim Aidid: Sebuah Catatan Duka

Sejak awal acara, nama Prof. Hasyim Aidid sebagai salah satu penulis buku "Proses Kreatif Penulis Makassar" sudah disebut-sebut, baik oleh Rusdin Tompo, S. Sinansari Ecip maupun oleh Firdaus Muhammad. Sebagai editor, Firdaus Muhammad bahkan merasa sangat bersalah, karena hingga wafatnya, keinginan Guru Besar Dirasah Islamiyah UIN Alauddin ini untuk memegang buku yang ikut ditulisnya belum terwujud. Meski demikian, beliau telah mengabadikan namanya bukan hanya di buku ini tetapi di rekam jejak keteladanan dan kepenulisan.

Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum ini berpulang ke rahmatullah pada 28 Nopember 2023, tepat sebulan sebelum buku yang ikut ditulisnya diluncurkan. Mantan Ketua Pengurus Cabang NU Kota Makassar ini menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit UNHAS, Tamalanrea.

Selamat jalan, Prof...! Doa kami menyertaimu, karyamu abadi. Buku khutbah yang engkau tulis dan diterbitkan atas nama Dewan Pertimbangan MUI Sulsel menargetkan 16.000 masjid di Sulawesi Selatan, bisa juga untuk masjid di provinsi lain di seluruh Indonesia. Engkau wakafkan, tidak diperjualbelikan. Belum lagi khotbah-khotbahmu di mimbar-mimbar umat, pun cintamu pada NKRI yang tercermin dalam kalimat penutup tulisanmu di buku yang kita tulis bersama, "Selamat menulis. Maju, cerah, damai, Bangsa dan NKRI kita....!"

Quote Prof. Hasyim Aidid di buku Proses Kreatif Penulis Makassar (dok. pribadi)
Quote Prof. Hasyim Aidid di buku Proses Kreatif Penulis Makassar (dok. pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun