Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Peluang Pilpres 2024: Menyoal Beban Sejarah Pasangan Anies-Muhaimin

27 Desember 2023   13:55 Diperbarui: 27 Desember 2023   14:02 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar saat hadir di ROSI (sumber: video Kompas.com)

Yenni Wahid saat hadir di acara ROSI (sumber: video Kompas.com)
Yenni Wahid saat hadir di acara ROSI (sumber: video Kompas.com)

Yenni Wahid juga menjelaskan bahwa PKB yang sekarang bukan lagi PKB Gus Dur, tetapi PKB Cak Imin. Menurut putri Gus Dur ini, perbedaan itu misalnya pada corak politiknya, karakter politiknya, hingga pada apa yang diperjuangkan. Itulah sebabnya menurutnya, sudah ada pernyataan di depan notaris bahwa PKB Muhaimin tidak boleh membawa atribut Gus Dur dalam kampanye mereka.

Muhaimin Menjawab Beban Sejarah 

Muhaimin sempat menyinggung perbedaan pandangan politik di keluarganya saat hadir bersama Anies-Baswedan di acara ROSI KompasTV (08/09/2023) berselang sepekan setelah kehadiran Yenni Wahid di acara yang sama. Ia menolak jika dirinya dianggap berkasus terkait ia yang menyebabkan perpecahan dalam tubuh PKB. 

Ia lalu menjelaskan bahwa dalam keluarganya perbedaan pandangan politik adalah hal yang lumrah terjadi. Ia bahkan bercerita tentang kedua kakeknya yang berbeda pandangan tentang sah tidaknya jika NU bergabung dengan Dewan Perwakilan Rakyat-Gotong Royong (DPR-GR) di era Orde Lama. Saat itu buyut dari neneknya, K.H. Bisri Syamsuri berantem dengan K.H. Wahab Hasbullah, buyut dari kakeknya. Perbedaan pandangan di antara mereka karena DPR-GR dibentuk bukan berdasarkan hasil Pemilu. Perbedaan pandangan politik terjadi lagi antara pamannya, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan K.H. Yusuf Hasyim (paman Gus Dur) dan saat itu, Muhaimin mendukung pamannya, Gus Dur.

Saat disentil oleh Rosi bahwa Muhaimin kemudian melawan pamannya, Muhaimin menegaskan bahwa dialektika berdebat dalam keluarganya seumpama "olahraga keluarga" mereka. Disinggung mengenai permintaan Yenni Wahid agar PKB tidak membawa atribut Gus Dur dalam kampanye pasangan ini, Muhaimin menegaskan bahwa dirinya tidak akan membawa Gus Dur dalam kampanye-kampanye mereka.

Menyangkut tuduhan Ia melakukan kudeta terhadap Gus Dur seperti yang disebutkan oleh Yenni Wahid, Muhaimin membela diri dengan menjelaskan bahwa justru dirinya yang dikudeta sehingga ia sempat dipecat dari kedudukannya sebagai Ketua Umum PKB oleh Gus Dur. Yenni Wahid membalas kembali bahwa Muhaiminlah yang menyebabkan dirinya dan Gus Dur lengser dari PKB.

Pasangan Anies-Muhaimin di acara ROSI (sumber: video Kompas.com)
Pasangan Anies-Muhaimin di acara ROSI (sumber: video Kompas.com)

Sebuah Kesimpulan

Terlepas siapa yang benar dan siapa yang salah dalam kisruh perpecahan PKB di masa lalu, akan lebih baik jika kedua kubu saat ini (Muhaimin Iskandar dan Yenni Wahid) memikirkan kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan bangsa Indonesia. Umat Islam Indonesia tentu merindukan kejayaan kembali partai politik yang dapat mewakili aspirasi mereka. Umat Islam sudah terlalu banyak melihat perpecahan internal partai yang katanya mewakili umat Islam, hingga akhirnya mereka menjadi partai-partai yang suaranya tidak lagi signifikan dalam perolehan suara, terutama di Pemilihan Legislatif (Pileg). Akibatnya kekuatan mereka di legislatif  juga berkurang.

Khusus untuk PKB dan Muhaimin, di antara langkah politik yang dapat ditempuh untuk lepas dari beban sejarah adalah melakukan islah atau perdamaian dengan PKB Gus Dur. Peluang islah ini masih terbuka sebagaimana disampaikan oleh Yenni Wahid, bergantung konteks dan platform perdamaiannya, apakah PKB akan kembali kepada corak politik Gus Dur yang tidak transaksional atau kembali mengusung idealisme Gus Dur. Menurutnya, jika semua ini bisa dilakukan maka masih terbuka peluang komunikasi. Tetapi jika PKB masih bertahan dengan coraknya yang sekarang maka yang terjadi perpecahan itu makin melebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun