Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Politik Etis-Sumpah Pemuda: Pembuktian Literasi Mengubah Nasib Bangsa

28 Oktober 2023   08:07 Diperbarui: 28 Oktober 2023   08:14 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu sekolah yang dibangun masa Hindia Belanda sebagai penerapan Politik Etis (kompas.com)

Perjuangan Organisasi Pergerakan Nasional Melalui Literasi

Kekuatan dan peranan literasi bukan hanya merubah politik penjajahan Belanda dan memperkuat identitas nasional "Indonesia" tetapi juga mempengaruhi alam pikiran bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan karena organisasi-organisasi pergerakan menjadikan media surat kabar sebagai sarana mempublikasikan pikiran-pikiran tokoh-tokoh pergerakan nasional. Di antara yang paling diingat dalam sejarah adalah tulisan tokoh Indische Partij, Suwardi Suryaningrat dalam De Expres berjudul "Als Ik Eens Netherlander Was" yang berarti "Seandainya Aku Seorang Belanda."

Suwardi Suryaningrat dengan artikelnya Als Ik Eens Netherlander Was (Republika)
Suwardi Suryaningrat dengan artikelnya Als Ik Eens Netherlander Was (Republika)

Pesan utama tulisan tokoh pergerakan nasional yang kelak lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara ini adalah, "Seandainya Aku Seorang Belanda, maka Aku tidak akan tega merayakan kemerdekaan negaraku di atas penderitaan rakyat yang terjajah dan menderita."

Tulisan Suwardi Suryaningrat di atas memang ditujukan sebagai protes terhadap rencana Belanda merayakan kemerdekaan mereka di tanah jajahan (Indonesia). Tulisan ini menjadi salah satu alasan Belanda bersikap keras terhadap organisasi pergerakan nasional. Indische Partij bukan hanya dibubarkan tetapi tokoh-tokohnya ikut ditangkap.

Suwardi Suryaningrat memang merupakan salah satu tokoh pergerakan nasional yang memilih terjun di dunia jurnalistik. Di antara media yang pernah mengasah literasinya adalah Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. De Expres sendiri merupakan media Indische Partij untuk menyebarkan gagasan mereka yaitu membangkitkan nasionalisme para pribumi dan menentang kebijakan pemerintah kolonial yang diskriminatif.

Semoga semangat literasi yang telah ditunjukkan oleh ilmuwan dan tokoh pergerakan nasional sebagaimana dalam artikel di atas dapat menular kepada generasi setelah mereka, sebab literasi akan menentukan sejarah sebuah bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun