Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

78 Tahun Indonesia Merdeka: Memaknai Perjuangan Melawan Dominasi, Kolonisasi dan Eksploitasi

18 Agustus 2023   14:08 Diperbarui: 18 Agustus 2023   14:25 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Detik-detik pengibaran bendera merah putih di istana negara dalam rangka HUT Proklamasi ke-78 (Kompas.tv) 

Diterima atau tidak, Belanda berhasil menancapkan kekuasaannya di Indonesia sejak mereka mendirikan persekutuan dagang VOC yang didukung dengan berbagai hak istimewa dari Kerajaan Belanda (Hak Octroi). Hak istimewa itu di antaranya membentuk tentara, mencetak mata uang sendiri, mendirikan benteng dan mengadakan perjanjian dengan kerajaan-kerajaan lokal di Indonesia serta berhak menyatakan perang tanpa harus menunggu restu dari pemerintah kerajaan Belanda.

Memang betul, beberapa daerah tidak pernah betul-betul dikuasai atau berada di bawah kontrol Belanda, tetapi jika kita berbicara "keindonesia-an" atau "tanah air Indonesia" maka kebebasan kita dari penjajahan baru benar-benar kita raih pada 17 Agustus 1945. Kita boleh mengatakan bahwa ada daerah yang tidak pernah dijajah betul-betul oleh Belanda, tetapi itu kemudian tidak menafikan kenyataan bahwa secara umum wilayah Indonesia ada dalam genggaman Belanda. Jadi di saat kita berbicara tentang kemerdekaan maka yang dimaksudkan adalah kemerdekaan kita sebagai bangsa Indonesia bukan kemerdekaan kita daerah per daerah, sebab kita telah menerima konstitusi bahwa kita adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Satu lagi yang perlu diingat bahwa fakta yang tak terbantahkan saat Belanda menyebut kita sebagai jajahannya dengan nama Hindia Belanda, lalu mereka dengan leluasa membentuk instrumen pemerintahan secara terstruktur dan dinamai dengan istilah Belanda seperti Gubernur, Residen dan Asisten Residen. Begitupun kesatuan wilayah yang mereka sebut misalnya dengan istilah Afdeling dan Onder Afdeling.

Mencari Makna Perjuangan hingga Proklamasi Kemerdekaan

Perjuangan selama berabad-abad dan tak kenal menyerah itulah yang dihargai oleh para pendiri bangsa dengan kalimat "didorong oleh keinginan luhur" untuk merdeka. Perjuangan melintasi zaman ini kemudian mengantarkan bangsa Indonesia mendapatkan "rahmat Allah Yang Maha Kuasa."

Atas kehendak dan izin-Nya, Belanda mengalahkan Portugis dan mengusirnya dari Maluku (1605).  Juga atas kehendak dan izin-Nya, Jepang datang ke Indonesia (1942) dan mengalahkan Belanda yang telah bercokol sejak awal abad ke-17. Sekali lagi secara de facto dan de jure bukan kita yang mengalahkan Belanda, tetapi Allah merahmati perjuangan tak kenal henti kita dengan bantuan tangan-tangan bangsa lain. Belanda angkat kaki setelah menyetujui Perjanjian Kalijati tentang penyerahan diri mereka kepada Jepang.

Perjanjian Kalijati yang berisi penyerahan diri Belanda terhadap Jepang, 8 Maret 1942 (Kompas.com)
Perjanjian Kalijati yang berisi penyerahan diri Belanda terhadap Jepang, 8 Maret 1942 (Kompas.com)

Sejak Perjanjian Kalijati (8 Maret 1942), Jepang dengan resmi mengambil alih kekuasaan atas wilayah bekas Hindia Belanda. Jepang berusaha menarik simpati rakyat dengan memanfaatkan tokoh-tokoh bangsa Indonesia melalui organisasi politik, sosial dan militer yang dibentuknya. Strategi ini bisa dikatakan tidak efektif, terbukti berbagai perlawanan di daerah bermunculan, terutama dari kalangan ulama dan santri serta tokoh-tokoh PETA (Pembela Tanah Air) yang pembentukaannya sebenarnya bertujuan untuk kepentingan Jepang tetapi menjadi bumerang bagi mereka sendiri.

Meski demikian---sebagaimana kekalahan Belanda dari Jepang---Jepang dikalahkan oleh Sekutu setelah dua bom atom dijatuhkan. Berturut-turut di Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945).

Lima hari setelah Nagasaki dibom, Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945 yang ditindaklanjuti dengan penandatanganan dokumen penyerahan di atas kapal UUS Missouri yang berlabuh di Teluk Tokyo pada 2 September 1945. Pemerintah Jepang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Jepang Mamoru Shigemitsu.

Penandatanganan dokumen penyerahan Jepang di atas kapal USS Missouri, 2 September 1945 (Kompas.com)
Penandatanganan dokumen penyerahan Jepang di atas kapal USS Missouri, 2 September 1945 (Kompas.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun