Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

78 Tahun Indonesia Merdeka: Memaknai Perjuangan Melawan Dominasi, Kolonisasi dan Eksploitasi

18 Agustus 2023   14:08 Diperbarui: 18 Agustus 2023   14:25 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana peperangan di kepulauan Maluku (historia.id)

Sehari yang lalu bangsa Indonesia memperingati Proklamasi Kemerdekaan ke-78 (17 Agustus 1945-17 Agustus 2023). Maka masih tepat jika momen ini kita menapaktilasi lintasan perjuangan bangsa ini hingga dapat meraih kemerdekaan setelah perjuangan berabad-abad lamanya, sambil berusaha menemukan makna perjuangan tak kenal putus asa itu.

Bangsa Barat yang pertama datang ke Indonesia adalah Portugis (1509) di Pasai lalu kemudian di Malaka (1511) dan berakhir di Ternate (1512) selanjutnya disusul Spanyol (1521). Meskipun kemudian rakyat Maluku berjuang menentang usaha dominasi Portugis dan Spanyol, tetapi keputusan terakhir ada pada Perjanjian Zaragosa (1529) yang menetapkan bahwa Portugis tetap di Maluku dan Spanyol kembali ke Filipina.

Lintasan Perjuangan Melawan Dominasi Portugis 

Sebelum Perjanjian Zaragosa, Portugis pernah mengadu domba kerajaan-kerajaan Islam di kepulauan Maluku hingga masa Sultan Baabullah menjadi Raja Ternate. Saat itu Portugis menghasut Bacan dan Tidore untuk melawan Sultan Baabullah. Meski demikian, Sultan Baabullah berhasil mengalahkan Portugis dan mempersilahkan mereka meninggalkan Ternate. Tetapi sambil bergerak mundur ke Ambon, mereka membantai penduduk Hiton (ibukota Ambon). Mereka juga menebang semua pohon cengkeh lalu memperkuat pertahanan mereka di Ambon.

Adapun mereka yang bersedia memenuhi persyaratan, diperbolehkan oleh Sultan menetap di Ternate hingga terjadilah tragedi penembakan terhadap Sultan Baabullah (1583). Setelah itu. ia segera digantikan oleh putranya, Syahid Barkat. Dialah yang berhasil mempersaudarakan rakyat Maluku melawan Portugis. Meski demikian, persaudaraan ini tetap tidak mampu mencegah Portugis bercokol di kepulauan Maluku hingga Belanda datang ke kepulauan ini.

Jika setelah dikalahkan oleh Sultan Baabullah, Portugis masih bercokol di Maluku. Lalu siapa yang benar-benar berhasil mengalahkan dominasi Portugis hingga mereka tersingkir sepenuhnya dari kepulauan Maluku? Jawabannya adalah Belanda yang sebelumnya mendarat di Banten (1596) lalu membentuk persekutuan dagang VOC (1602). Sekitar tiga tahun setelah VOC terbentuk, tepatnya 23 Februari 1605, armada VOC menyerang benteng pertahanan Portugis di Ambon. Belanda hanya butuh dua hari untuk memaksa Kapten Gaspar de Mello mengeluarkan pernyataan menyerah tanpa syarat. Pernyataan itu sekaligus berisi penetapan bahwa mereka harus meninggalkan Maluku. Bagi yang ingin tetap tinggal harus tunduk setia kepada Belanda yang kemudian membentuk perwakilan pemerintahannya di Maluku dengan nama Staten General.

Suasana peperangan di kepulauan Maluku (historia.id)
Suasana peperangan di kepulauan Maluku (historia.id)

Lintasan Perjuangan Menentang Kolonisasi Belanda dan Eksploitasi Jepang

Setelah mengalahkan Portugis, Belanda berusaha memegang kendali kekuasaan  di berbagai daerah di Indonesia. Strategi devide et impera Belanda terbukti ampuh untuk melanggengkan kekuasaan mereka. Di antara praktik adu domba mereka misalnya memanfaatkan kekuasaan Sultan Mandarsyah dan kekuatan Kapitan Jonker di Maluku, mengadu Arung Palakka dengan Sultan Hasanuddin dan menanamkan pengaruhnya di Mataram hingga Pangeran Diponegoro mengangkat senjata memimpin Perang Jawa.

Strategi devide et impera bukan hanya diterapkan secara politik, tetapi juga militer. Belanda membentuk kesatuan pasukan yang direkrut dari bangsa Indonesia yang kelak saat revolusi kemerdekaan kesatuan ini menjadi cikal bakal lahirnya KNIL (Koninklijk Nederlands-Indisch Leger). Kesatuan ini sesungguhnya telah dibentuk atas titah sejak 1836 tetapi baru secara terang-terangan menyebut kesatuan mereka KNIL hampir satu abad kemudian. Tepatnya saat Perdana Menteri Kerajaan Belanda diam-diam memberitahu Gubernur Hindia Belanda bahwa dia akan dihargai jika nama tentaranya diganti dengan KNIL.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun