Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Muharam: Sejarah Berhala, Kapal Nabi Nuh dan Putranya Nenek Moyang Semua Ras di Dunia

4 Agustus 2023   12:52 Diperbarui: 4 Agustus 2023   12:59 2437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi istri dan anak Nabi Nuh yang tidak ikut berlayar (katakini.com)

Ulasan ini merupakan tulisan ketiga menyambut Muharam, setelah Tragedi Karbala dan Kisah Nabi Adam. Kisah tentang kapal Nabi Nuh hingga siapa keempat putranya yang menjadi nenek moyang banyak ras di dunia kami adaptasi dari sumber terpercaya yakni Qashasul Anbiya Ibnu Katsir.

Sebelum mengetahui peristiwa berlabuhnya kapal Nabi Nuh yang bertepatan dengan bulan Muharam, momen kali ini ada baiknya kita lebih kenal dengan Nabi Nuh dan beberapa peristiwa berkenaan dengan beliau.

Nabi Nuh merupakan keturunan Adam melalui Syaits (putra Nabi Adam setelah Habil meninggal)---lebih tepatnya keturunan ke-9 dari Nabi Adam. Jadi Nabi Nuh bukan keturunan dari Qabil, tetapi dari saudaranya yang bernama Syaits, yang juga seorang Nabi. Nama Syaits ( = pemberian Allah) diberikan oleh Hawa yang berkata, "Aku memberi nama itu karena aku diberi pengganti Habil yang telah dibunuh Qabil." Kepada Syaits inilah, Nabi Adam pernah memberitahukan padanya bahwa akan terjadi banjir besar.

Awal Mula Penyembahan Berhala

Sebenarnya di antara Nabi Adam dan Nabi Nuh terdapat generasi-generasi yang saleh. Tetapi setelah mereka tiada, orang-orang setelah generasi saleh itu membuat patung-patung mereka. Beberapa orang saleh di antara mereka yang dibuat patungnya adalah Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr.

Ibnu Abbas dan Ibnu Jarir sepakat bahwa mereka adalah nama orang saleh di antara kaum Nuh. Setelah mereka meninggal dunia, setan membisikkan pikiran jahat kepada kaum mereka untuk membuat sejumlah patung yang diberi nama-nama mereka di majelis-majelis yang dulunya biasa mereka hadiri. Mereka mewujudkan bisikan jahat setan itu, hanya saja patung-patung tersebut belum disembah. Setelah mereka semua mati dan ilmu agama lenyap, patung-patung tersebut mulai disembah.

Lagi-lagi di sini kita mendapat penguatan---sebagaimana kisah iblis membujuk Adam dan Hawa makan buah terlarang---mereka dijerumuskan oleh iblis yang juga telah menjerumuskan nenek moyang mereka dengan menampakkan sesuatu terlihat baik.

Dalam kondisi kaum yang begitu tersesat dengan penyembahan berhala, Nabi Nuh hadir di tengah kaumnya. Meskipun Allah telah mengutus Nabi sekaligus Rasul yang pertama untuk mendakwahi mereka, kaum Nabi Nuh tetap ingkar, kecuali sebagian kecil dari mereka.

Dikisahkan bahwa Nabi Nuh telah menyeru kaumnya dengan berbagai macam dakwah tanpa mengenal waktu, siang dan malam, sepi maupun ramai, sesekali dengan kabar gembira dan kadang dengan ancaman. Namun semua itu tidak membawa hasil. Sebagian besar dari mereka justru tetap sesat, berlaku semena-mena, menyembah patung dan berhala, memusuhi Nabi Nuh setiap saat, menghinanya dan para pengikut yang beriman padanya, bahkan mengancamkan rajam dan pengusiran pada mereka.  Sulit dibayangkan padahal Nabi Nuh mendakwahi kaumnya selama hampir seribu tahun (950 tahun).

Ilustrasi penyembahan zaman Nabi Nuh (Gana Islamika)
Ilustrasi penyembahan zaman Nabi Nuh (Gana Islamika)

Kisah Kapal Nabi Nuh

Azab yang menimpa kaum Nabi Nuh sebenarnya juga merupakan tantangan kaumnya sendiri yang berkata, "Wahai Nuh! Sungguh, engkau telah berbantah dengan kami, dan engkau telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang engkau ancamkan, jika kamu termasuk orang yang benar.' Nuh menjawab, 'Hanya Allah yang akan mendatangkan azab kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu tidak akan dapat melepaskan diri'."

Nabi Nuh kemudian berdoa dan mengadu kepada Allah sehubungan dengan penentangan kaumnya. Saat Allah mengabulkan doa Nuh, Allah memerintahkannya untuk menanam pepohonan sebagai bahan dasar pembuatan kapal. Nuh kemudian menanam pepohonan dan menantikan selama seratus tahun, setelah itu ia potong-potong dan ia jadikan kapal selama seratus tahun berikutnya. Sumber lain menyebut 40 tahun.

Melihat Nabi Nuh membuat kapal, kaumnya bukannya melihat itu sebagai pertanda akan turunnya azab. Mereka justru mengejek dan mencemooh.

Terjadi perbedaan pendapat tentang panjang dan lebar kapal Nabi Nuh, namun semuanya sependapat tentang tinggi dan bentuk kapal. Ada yang mengatakan panjangnya 300, 600, 1200 hingga 2000 hasta. Begitupun lebarnya ada yang mengatakan 50, 100 hingga 600 hasta. Tetapi semuanya sepakat bahwa tingginya 30 hasta.

Kapal setinggi 30 hasta itu terdiri dari tiga tingkat, setiap tingkatnya setinggi sepuluh hasta. Tingkat bawah untuk hewan dan binatang buas, bagian tengah untuk manusia, dan bagian atas untuk burung. Pintu-pintu terpasang sepanjang kapal. Pintu-pintu memiliki penutup dari bagian atas yang bisa menutupi celah pintu dengan rapat.

Lalu berapakah jumlah penumpang kapal Nabi Nuh? Ada yang mengatakan 80 orang bersama para istrinya, ada yang mengatakan 92 orang. Sementara itu dari lima putra Nabi Nuh, tiga orang yang selamat berlayar yaitu Ham, Sam, dan Yafits. Yam (disebut Kan'an oleh Ahli Kitab) dan Abir tenggelam.

Ilustrasi istri dan anak Nabi Nuh yang tidak ikut berlayar (katakini.com)
Ilustrasi istri dan anak Nabi Nuh yang tidak ikut berlayar (katakini.com)

Setelah air surut, kapal berlabuh di atas Gunung Judi, sebuah pegunungan terkenal di Jazirah. Setelah berlabuh selama sebulan, Nabi Nuh beserta anak-anak dan pengikutnya keluar dari kapal tepat pada hari Asyura' (10 Muharram), dan mereka berpuasa pada hari itu.

Ketetapan Allah kembali berlaku, tidak ada satu pun penumpang kapal yang memiliki keturunan selain Nabi Nuh. Sehingga dengan demikian semua manusia yang ada di muka bumi ini dari berbagai ras merupakan keturunan tiga anak Nabi Nuh, yaitu Sam, Ham dan Yafits. Sekaitan dengan hal ini, Nabi saw pernah bersabda, "Sam adalah nenek moyang bangsa Arab, Ham adalah nenek moyang bangsa Habasyah, dan Yafits adalah nenek moyang bangsa Romawi (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun