Meskipun menurut Mustafa Kemal, ini adalah kebijakan reformasi tetapi sebagian kalangan menilai ini justru upaya sistematisnya untuk mengembangkan sekulerisme menyusul kemenangan anehnya mengusir tentara Yunani dan Inggris dari Turki di Perang Dunia I.
Jika dinapaktilas jejak Erdogan di tanah kelahirannya---Istanbul---pria kelahiran 26 Pebruari 1954 ini mulai mengumandangkan perang dengan sekulerisme sejak ia menjabat Walikota Istanbul.Â
Suatu ketika di tahun 1994, dari puncak sebuah gedung---politisi 45 tahun ketika itu---menunjuk ke alun-alun Taksim (jantung Istanbul sekaligus sekulerisme Turki). Meski suasana berkabut saat itu, Erdogan masih bisa berkata lantang bahwa ia akan membangun masjid di sana.Â
Mengapa momen ini dapat disebut pernyataan "perang" sebab di kawasan itu sebelumnya telah dibangun simbol-simbol sekulerisme Mustafa Kemal seperti Monumen Republik dan Pusat Kebudayaan Ataturk. Terbukti kemudian, setelah masjid berdiri megah dan kokoh di pemerintahan keduanya, simbol-simbol sekuler seolah-olah "terkerdilkan".
Alasan berikutnya bahwa inilah momen pernyataan "perang" melawan sekulerisme, karena pembangunan masjid yang dimaksudkan oleh Erdogan sesungguhnya telah direncanakan oleh sejumlah tokoh Turki sejak 1950. Tetapi kuatnya penolakan dari kaum sekuler Turki maka hingga lebih dari setengah abad kemudian baru dapat direalisasikan. Ini sudah cukup menjadi bukti kuatnya sekulerisme mencengkeram Turki sejak ditancapkan oleh Mustafa Kemal.Â
Bagaimana bisa di negara mayoritas Muslim, sebuah masjid sangat sulit didirikan sehingga perlu waktu selama 67 tahun kemudian baru masjid itu dibangun (2017-2021). Masjid yang oleh Erdogan disebutnya sebagai hadiah untuk perayaan 568 tahun penaklukan Konstantinopel (kini Istanbul) oleh Muhammad Al-Fatih (1453). Itulah sebabnya Masjid Taksim ini memadukan gaya Ottoman dan arsitektur modern.
Langkah Erdogan Melawan Sekulerisme
Dirangkum dari berbagai sumber, setelah mengumandangkan "perang" melawan sekulerisme, Erdogan menempuh sejumlah langkah berani, di antaranya adalah pembangunan ribuan masjid termasuk renovasi sejumlah masjid peninggalan era Ottoman.Â
Masjid Hagia Sophia tidak luput dari perhatian Erdogan ketika di tahun 2020 ia mengembalikan fungsinya sebagai masjid. Sebelumnya pendiri Turki Sekuler, Mustafa Kemal menutup Hagia Sophia sejak 1931 lalu merubahnya menjadi museum selama 65 tahun (1935-2020).
Sehubungan dengan kebijakan pembangunan ribuan masjid, Erdogan mengembalikan cinta generasi muda Turki kepada agamanya melalui pendidikan seperti sekolah-sekolah agama atau madrasah. Di antara sekolah yang kemudian diidolakan oleh generasi muda Turki adalah Sekolah Imam Hatip. Disebut demikian, karena sekolah ini memang terutama difokuskan menyiapkan generasi muda yang akan menjadi imam dan khatib di ribuan masjid yang telah dibangun atau direnovasi.