Di perjalanan mereka ke Sumenep lagi-lagi ada satu kisah kesetiaan Sora yang sangat inspiratif. Di sebuah pematang sawah yang sempit, Sora tidur menelungkup, lalu di atas punggungnya duduk Wijaya dan istrinya. Sora pulalah yang lebih dahulu ke Sumenep menemui Wiraraja. Selanjutnya, menyusul Wijaya menemui Wiraraja. Wijaya cukup lama berdiam di Sumenep. Wiraraja sangat memperlakukan Wijaya dengan baik. Makanan diantarkan setiap hari, juga minuman anggur.
Demikianlah Wijaya dapat selamat dari kejaran pasukan Daha dan hidup tenang di bawah perlindungan Adipati Sumenep berkat kesetiaan para perwira dan prajurit-prajurit terbaiknya. Para perwira itu bukan hanya memiliki keberanian dan skill tinggi di medan tempur, tetapi mereka juga memiliki ketenangan dalam mencari jalan keluar terhadap masalah sulit yang dihadapi tuannya. Mereka bahkan berani menolak perintah tuannya, jika itu dianggap membahayakan keselamatan mereka. Misalnya bagaimana Sora menolak perintah Wijaya untuk meneruskan pertempuran. Sora justru menyarankan untuk mundur karena kurangnya pasukan. Padahal saat itu tuannya masih ingin bertempur demi menyelamatkan seorang lagi istrinya. Sora memberi isyarat pada Wijaya bahwa menyelamatkan diri, para perwira dan prajurit dari kebinasaan lebih utama daripada menyelamatkan seseorang sekalipun ia adalah istri tuannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H