Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembunuhan Berencana yang Melibatkan Banyak Orang terhadap Putra Ken Arok

18 Agustus 2022   19:59 Diperbarui: 18 Agustus 2022   20:41 1643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penyerangan pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Sumber: Kelas Guru.com

Putra Ken Arok yang dimaksudkan di tulisan ini adalah Tohjaya. Putra Ken Arok dari istri mudanya bernama Ken Umang ini dibunuh melalui sebuah skenario  pembunuhan berencana yang melibatkan banyak orang.

Disinggung di tulisan sebelumnya bahwa Tohjaya yang membunuh Anusapati (putra Tunggul Ametung yang membunuh Ken Arok). Meski demikian, kematian Anusapati tidak membuat Tohjaya tenang karena Anusapati meninggalkan seorang putra, seorang ksatria Tumapel bernama Ranggawuni. Apalagi Ranggawuni didukung oleh pamannya Mahisa Wongateleng (saudara Anusapati tetapi anak dari Ken Arok dengan Ken Dedes). Ini berarti Wongateleng juga sekaligus saudara Tohjaya.

Pranaraja memberikan pertimbangan bahwa Ranggawuni bersama Mahisa Wongateleng bisa membahayakan Tohjaya, sehingga Tohjaya memerintahkan Lembu Ampal untuk membunuh Ranggawuni dan Wongateleng disertai ancaman jika ia gagal maka ia yang akan dibunuh oleh Tohjaya.

Mengetahui rencana pembunuhan itu, Ranggawuni dan Wongateleng segera melarikan diri dan bersembunyi di rumah Panji Patipati. Sementara itu Lembu Ampal resah karena tak berhasil menemukan keberadaan kedua ksatria itu. Ia sangat khawatir atas peringatan tuannya bahwa jika ia gagal menjalankan misinya, maka ia yang akan dibunuh.

Dikisahkan kemudian dalam Pararaton bahwa Lembu Ampal juga mencari rumah persembunyian yang ternyata justru bertetangga dengan Panji Patipati. Mengetahui bahwa target buruannya ada di rumah Patipati, maka ia segera menemui kedua ksatria itu. Ia menceritakan bahwa ia memang diperintahkan membunuh mereka, tetapi ia takut berdosa. Setelah itu ia meminta disumpah untuk menghambakan diri kepada mereka.

Dua hari kemudian, Lembu Ampal kembali menemui kedua tuannya. Ia memaparkan sebuah skenario untuk membunuh Tohjaya. Hari itu juga Lembu Ampal memulai skenarionya. Dimulai pada sore hari, ia membunuh seseorang dari kalangan Rajasa, setelah itu ia berlari ke orang Sinelir. 

Orang-orang Rajasa menyangka pembunuhnya adalah orang Sinelir. Dua hari berselang, Lembu Ampal membunuh orang Sinelir lalu berlari ke orang-orang Rajasa. Orang-orang Sinelir berkata bahwa orang Rajasa balik membunuh orang Sinelir.

Peristiwa ini sampai ke istana, tetapi orang-orang Rajasa dan Sinelir tidak peduli sehingga Tohjaya murka. Ia memerintahkan membunuh pemimpin dari kedua kampung itu. Mengetahui hal ini, Lembu Ampal terlebih dahulu menemui dua pemimpin Rajasa dan menyarankan keduanya bergabung dengan kedua tuannya yakni Ranggawuni dan Wongateleng.

"Kata orang Rajasa, "Tuanku berdua, sudilah kiranya bergabung dengan orang Rajasa, kami akan menuruti segala perintah Tuanku, Tuanku mengambil sumpah untuk mencegah jika ada yang tidak setia, meskipun hal itu tidak akan terjadi". Demikianlah orang Sinelir, para pemimpinnya, semuanya diundang, sama sanggup seperti orang Rajasa, dan kedua orang pemimpin setelah disumpah mendapat pesanan, "Nanti malam engkau kemari dan membawa pasukanmu masing-masing untuk menyerang istana", demikian dikisahkan dalam Pararaton.

Seperti yang sudah disepakati, pada malam harinya pemimpin Rajasa dan Sinelir datang bersama pasukan mereka masing-masing. Pasukan gabungan ini bergerak menyerang ke istana pada malam itu juga. Tohjaya yang terkejut dengan serangan mendadak itu mencoba meloloskan diri, tetapi nahas ia terkena tusukan tombak. Ia segera dilarikan ke sebuah kampung bernama Katang Lumbang tetapi nyawanya tak dapat diselamatkan. 

Tohjaya meninggal di kampung pelariannya. Kematiannya yang kira-kira hanya berselang setahun dari kematian Anusapati mengakhiri episode pertumpahan darah atau balas dendam setelah peristiwa pembunuhan Tunggul Ametung oleh Ken Arok.

Kisah ini sekaligus memberi informasi bahwa di antara pertumpahan darah tersebut, hanya pembunuhan berencana terhadap Tohjaya yang melibatkan banyak orang yakni orang-orang dari dua kampung yang awalnya bermusuhan. 

Kelak kita akan tahu bahwa dengan skenario yang mirip, cicit Ken Arok dengan Ken Dedes bernama Raden Wijaya berhasil mengalahkan Jayakatwang yang telah menghancurkan Singosari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun