Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pertumpahan Darah Pasca Pembunuhan Berencana Ken Arok Terungkap

17 Agustus 2022   08:29 Diperbarui: 17 Agustus 2022   08:31 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hutang nyawa dibayar nyawa, darah dibayar darah. Inilah ungkapan yang mungkin bisa mewakili aksi pertumpahan darah dan balas dendam pasca terungkapnya pembunuhan berencana Ken Arok. Ken Dedeslah sosok yang berperan mengungkap pembunuhan oleh Ken Arok---saat ia ungkap Ken Arok berstatus sebagai suaminya. Korban pembunuhannya adalah Tunggul Ametung---berstatus suami Ken Dedes saat dibunuh oleh Ken Arok.

Seperti telah disinggung di tulisan "Menyorot Sosok Ken Dedes dalam Pembunuhan Berencana Ken Arok" Ken Dedes menceritakan kepada putranya, Anusapati bahwa ayahandanya (Ken Arok) yang telah membunuh ayah kandungnya (Tunggul Ametung). Singkat cerita Anusapati membunuh Ken Arok melalui skenario menyewa seorang hambanya, lalu hamba tersebut dibunuh oleh Anusapati dengan tuduhan telah membunuh raja. Hal inilah yang dianggap fakta oleh orang-orang di kerajaan Singosari saat itu.

Tetapi hal itu hanya sementara, kebenarannya kemudian diketahui oleh Tohjaya (putra Ken Arok dari Ken Umang). Pararaton mengisahkan, "Lambat laun terdengar oleh Raden Tohjaya, anak dari Ken Angrok dari istri mudanya, bernama Sang Apanji Tohjaya, yang mendengar segala tingkah laku Anusapati menyuruh orang membunuh Amurwabhumi dengan upah besar, mati oleh orang dari Batil. Sang Apanji Tohjaya tidak suka kematian ayahnya berpikir-pikir mencari pembalasan, jalan kematian Sang Anusapati."

"Sang Anusapati tahu kalau jiwanya diancam oleh Tohjaya, ' waspada Sang Anusapati, tempat tidurnya dikelilingi oleh kolam, di halaman ditaruh penjaga-penjaga bersenjata sedangkan orang-orang kepercayaan membantu menjaga."

Meski demikian hal ini tidak menyurutkan semangat balas dendam Tohjaya. Skenario pembunuhan berencana dijalankan oleh Tohjaya. Ia memanfaatkan kesenangan Anusapati menyabung ayam. Dikisahkan dalam Pararaton bahwa suatu hari Tohjaya menemui Anusapati dengan membawa seekor ayam jantan. Saking senangnya, Anusapati sampai rela meminjamkan keris Mpu Gandring kepada adik tirinya ini.

Skenario selanjutnya, Tohjaya mengajak kakak tirinya menyabung ayam. Anusapati tentu setuju karena memang ini adalah kegemarannya. Saat raja kedua Singosari ini terlena dengan sabung ayam, Tohjaya menusuknya dengan keris Mpu Gandring. Kematian Anusapati hanya berselang dua tahun dari kematian Ken Arok. Setelah Anusapati tewas, Tohjaya menjadi raja di Singosari.

Tewasnya Anusapati belum menjadi akhir episode pertumpahan darah di Tumapel. Anusapati meninggalkan seorang putra bernama Ranggawuni. Tragisnya, Ranggawuni menjalankan misi balas dendamnya memanfaatkan kerja sama dengan Mahisa Wongateleng (putra Ken Arok dari Ken Dedes). Sehingga dengan demikian, Wongateleng ini adalah paman Ranggawuni karena ia saudara Anusapati, tetapi ia sekaligus saudara seayah dengan Tohjaya. Jadi dalam pertumpahan darah ini, Wongateleng lebih memihak keponakannya (garis keturunan Ken Arok dan Ken Dedes) meski harus melawan saudaranya sendiri (garis keturunan Ken Arok dan Ken Umang). Lebih jelasnya bisa melihat silsilah di bagian akhir tulisan.

Dikisahkan Pararaton bahwa atas pertimbangan Pranaraja, Tohjaya mendahului memerintahkan Lembu Ampal membunuh Ranggawuni dan Mahisa Wongateleng. Tidak lupa Tohjaya mengingatkan jika Lembu Ampal tidak berhasil membunuh keduanya, maka dia yang akan dibunuh. Singkat cerita ini justru jadi alasan Lembu Ampal bekerja sama dengan kedua ksatria yang awalnya dari target pembunuhannya. Bahkan Lembu Ampal menjadi sosok sentral menyusun kekuatan melawan Tohjaya memanfaatkan orang banyak dari dua wilayah di Singosari. Melalui serangan tiba-tiba di malam hari, Tohjaya terkena tusukan tombak. Ia meninggal di pelariannya. Tohjaya tewas kira-kira setahun setelah kematian Anusapati.

Demikianlah episode pertumpahan darah pasca pembunuhan berencana Ken Arok terungkap. Balas dendam ini diakhiri oleh dua ksatria yang merupakan kolaborasi dua garis keturunan yang awalnya juga bermusuhan. Ranggawuni yang setelah menjadi raja bergelar Wisnuwardhana adalah cucu Tunggul Ametung, sedangkan Mahisa Wongateleng yang diangkat menjadi Ratu Anghabaya bergelar Narashima adalah putra Ken Arok. Kedua ksatria berbeda ayah ini dipersatukan oleh rahim Ken Dedes. Ranggawuni kelak akan mewariskan kerajaan Singosari kepada putranya bernama Kertanegara yang meneruskan kolaborasi apik ini. Kertanegara yang merupakan cicit Tunggul Ametung menikahkan putrinya dengan Raden Wijaya, cicit dari Ken Arok. Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Ken Dedes yang awalnya putri seorang pendeta berubah menjadi ibu kandung dari para raja Singosari dan kemudian Majapahit. Lebih jelasnya dapat melihat sislilah raja-raja Singosari hingga ke Majapahit di bawah ini.

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun