Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyorot Sosok Ken Dedes dalam Pembunuhan Berencana Ken Arok

16 Agustus 2022   20:47 Diperbarui: 16 Agustus 2022   20:57 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arca Prajnyaparamita, dipercaya sebagai arca perwujudan Ken Dedes (koleksi Museum Nasional Indonesia). Sumber: wikipedia.org 

Telah disinggung di bagian pertama tulisan tentang pembunuhan berencana Ken Arok terhadap Tunggul Ametung bahwa pembunuhan Ken Arok lama baru terungkap. Terungkapnya pembunuhan ini tidak lepas dari peran Ken Dedes, istri Tunggul Ametung.

Lalu siapa sesungguhnya sosok Ken Dedes ini? Mengapa ia pantas disorot untuk mengungkap pembunuhan berencana Ken Arok terhadap Tunggul Ametung? Penulis harus membuka kembali lembaran terjemahan Pararaton untuk menguak sosok Ken Dedes dan pesonanya.

"Tersebutlah ada seorang pendeta beragama Buddha di desa Panawijen dan termasuk aliran Mahayana. Beliau mempunyai pertapaan yang didirikan di ladang penduduk Panawijen, bernama Mpu Purwa. 

Beliau beranak gadis seorang yang berasal dari waktu beliau belum menganut aliran Mahayana; anak gadis itu sangat cantik, bernama Ken Dedes. Anak gadis itu sangat cantik sekali, tak ada yang memadai sehingga terkenal di daerah sebelah Timur Gunung Kawi sampai ke Tumapel. 

Terdengarlah oleh Tunggul Ametung, lalu Tunggul Ametung datang di Panawijen, menuju ke tempat Mpu Purwa, bertemu dengan Ken Dedes, sangatlah tertarik hati Tunggul Ametung meIihat gadis cantik itu. 

Kebetulan Mpu Purwa tak ada di pertapaan, maka Ken Dedes dilarikan dengan paksa oleh Tunggul Ametung. Ketika Mpu Purwa datang dari bepergian, tidak bertemu dengan anaknya, sudah dilarikan oleh akuwu dari Tumapel, tidak mengertilah beliau, maka Mpu Purwa menjatuhkan sumpah yang dahsyat: 

"Hai, orang yang melarikan anakku, semoga tidak langsung mengenyam kenikmatan, matilah dia dibunuh dengan keris; demikian juga orang-orang Panawijen keringlah sumurnya, semoga tak keluar air dari kolamnya, karena berdosa tidak memberitakan kepadaku bahwa anakku diperkosa orang".

Demikian terjemahan Pararaton tentang sosok Ken Dedes dan kisahnya hingga diperistri secara paksa oleh Tunggul Ametung. Paragraf di atas sekaligus mengisahkan betapa mempesonanya Ken Dedes. "Anak gadis itu sangat cantik sekali, tak ada yang memadai sehingga terkenal di daerah sebelah Timur Gunung Kawi sampai ke Tumapel", demikian dituliskan dalam Pararaton.

Lalu apakah Ken Dedes mengetahui bahwa Ken Arok yang membunuh suaminya? Dituliskan dalam Pararaton, "Lamalah sudah terdengar berita, Anusapati, anak Tunggul Ametung, bertanya kepada pengasuhnya dan dijawab, "Takutlah Saya kepada ayahmu, lebih baik bertanyalah kepada ibunda". 

Tidak henti-hentinya Anusapati bertanya kepada ibunya, "Ibu, Saya bertanya, apa sebab ayahanda kalau melihat kepadaku, berbeda tampaknya dengan saudara-saudara Saya semua, apalagi dengan putra-putra ibu muda, semakin berbeda pandangan ayah". 

Memang sudah tiba saatnya Sang Amurwabhumi meninggal. Ken Dedes menjawab, "Sebaiknya jika Engkau tidak mempercayainya, kalau engkau ingin tahu, ayahmu bernama Tunggul Ametung; waktu itu Ibu mengandung 3 bulan ketika ibu diambil oleh Sang Amurwabhumi," Berkatalah Anusapati, "Oh, jadi rupanya Ibu, Sang Amurwabhumi bukan ayahku, bagaimana, Ibu cara kematian ayah?" "Sang Amurwabhumi, anakku, yang membunuhnya". 

Diamlah Ken Dedes, rnerasa bersalah mengatakan hal yang sebenarnya kepada anaknya. Bertanya Anusapati, "Ibu, adalah sebuah keris kepunyaan ayah, buatan Mpu Gandring, Saya minta itu". Diberikan oleh Ken Dedes. Sang Anusapati mohon diri pulang ke tempatnya sendiri."

Selanjutnya dikisahkan bahwa Anusapati mengupah hambanya, seorang Pangalasan di Batil untuk membunuh Ken Arok dengan menggunakan keris Mpu Gandring. Ken Arok ditikam ketika sedang makan, saat matahari telah terbenam. 

Setelah memastikan Ken Arok tewas, orang Batil itu melapor ke Anusapati, tetapi nahas ia justru dieksekusi oleh Tuannya. Berkatalah orang-orang Tumapel, "Oh, sang raja ditusuk oleh Pangalasan Batil, lalu Anusapati membalas menusuk."

Dengan demikian, Ken Dedes memang adalah saksi kunci terhadap pembunuhan berencana suaminya. Andai sejak awal Ken Dedes mau jujur, mungkin ini bisa mencegah jatuhnya korban lain yang sama sekali tidak terlibat dalam pembunuhan berencana Ken Arok. Orang itu adalah Kebo Hijo yang menjadi korban salah tangkap dan dihukum di tempat sebelum ada "peradilan". 

Lalu mengapa Ken Dedes diam hingga Kebo Hijo dieksekusi? Mungkinkah cinta telah mengalahkan kejujurannya? Ataukah wibawa Ken Arok yang terlalu besar di hadapannya? Ataukah Ken Dedes merasa tak ada pilihan lain kecuali menanti takdirnya hingga lahirnya anak Tunggul Ametung dari rahimnya?

Berdasarkan kisah di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sosok Ken Dedes memang pantas untuk disorot dalam kasus pembunuhan berencana terhadap suaminya. 

Mungkin inilah yang menjadi alasan banyaknya karya yang menyorot kedua insan ini, baik berbentuk sinetron/film atau novel. Bahkan ada film yang mengisahkan bahwa Ken Arok dan Ken Dedes telah saling kenal sebelum Ken Dedes dilarikan secara paksa oleh Tunggul Ametung. 

Hanya saja hal ini penulis tidak temukan dalam terjemahan Pararaton. Jika kemudian Ken Dedes mau menceritakan kisah sesungguhnya kepada putranya, mungkin karena didorong rasa kasihan melihat putranya itu diperlakukan berbeda oleh Ken Arok yang lebih sayang kepada adik-adik Anusapati, terutama anak-anak ibu mudanya yakni istri muda Ken Arok yang bernama Ken Umang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun