Senin, 24 Agustus 2020 KKN dari UNISSULA telah melakukan pendampingan UKM. Peserta Agustiya Fatriya Rizky (Fakultas Ekonomi), Achda Inda Uyun (Fakultas Ekonomi), Nur Lailiana (Fakultas Ekonom), Dina Fitria (Fakultas Bahasa dan Ilmu Komunikasi) dan Masyithoh Nafiah (Fakultas Teknik).
Pendampingan diarahkan oleh ketua RW 5 yaitu pak sapak yang merupakan asli penduduk desa Kembangan. Kami diarahkan untuk ke UKM yaitu makanan tradisional khas Demak atau biasa disebut "grontol".
•Produk        : Gendar, kacang kedelai, dan Grontol.
•Nama Pemilik  :Ibu Kasriah.
•Ibu kasriah merupakan tulang punggung keluarga yang menghidupi anak laki-laki dan saudara perempuannya. Dengan berjualan mampu untuk memenuhi kebutuhan harian. Dulu pernah menjual krupuk bakar karena persaingan yang ketat berpengaruh pada penjualan di pasar, jadi Ibu kasriah memutuskan untuk berhenti jualan krupuk bakar dan beralih menjadi jualan grontol. Dulu menggoreng krupuk masih manual menggunakan wajan. Kualitas krupuk sangat penting agar laku di pasaran agar tidak mudah layu. Setiap jam 2 pagi jualan grontol di pasar. Menurut Desa Kembangarum namanya blenduk dan untuk daerah purwodadi namanya grontol. Meskipun saat pandemic pemilik UKM tetap berpenghasilan tetapi agak berkurang daripada hari biasanya sebelum pandemic. Ketua RW 5 Pak Sapak.
•Cara pembuatan : Bahan dari Jagung putih , jika pake jagung warna kuning tidak bisa enak rasanya dan hambar. Jagung direbus lama sampai berjam-jam kemudian ditiriskan. Kemudian diberi parutan kelapa. Jagung jika dikeringkan namanya makanan warneng dengan tekstur keras.  Jagung putih direbus menggunakan injet putih di dalam panci berukuran besar dan air penuh dengan posisi ditutup rapat.. Setelah direbus menggunakan injet putih kemudian dicuci dan di rebus kembali untuk tahap ke 2. Jagung dibersihkan sampai benar-benar bersih. Pemilik UKM menyiapkan beberpa LPG karena setiap hari menghabiskan 2 LPG tabung hijau yang harganya Rp 20.000 dan total per hari Rp 40.000 untuk LPG saja. Dulu pernah merebus menggunakan kayu tapi sangat susah untuk keseharian kemudian baru beralih ke gas LPG. Merebus dari jam 10 pagi sampai jam 5 sore, jam 23.30 kukus jagung. Jam 2 – 6 pagi di pasar berjualan. Setiap hari merebus 10  rengkot atau kurang dari 10 kg. Jagung putih per kg Rp 7500. Laba Blenduk dengan krupuk bakar jika dibandingkan lebih untung blenduk. Memang proses yang cukup panjang dan susah tetapi sudah menjadi pekerjaan pemilik UKM sehari-hari. Jika berjualan blenduk bisa nyicil uang Rp 100.000 tetapi jika berjualan krupuk bakar tidak bisa menyicil setiap hari. Jagung setoran dari Purworejo. 1 kwintal per hari Rp 100.000. Jika jualan krupuk sehari tidak bisa laku keras. Dan modal yang dikeluarkan lebih banyak daripada laba. Pernah mengalami kerugian saat berjualan. Namun bu kasriah tetp bangkit. Berjualan selama 14 tahun. Mulai bisa mencari untung lebih baru 2 tahun ini. Grontol dijual langsung oleh ibu kasriah.
•Ada juga kacang kedelai yang  direndam di ember menggunkan air, kemudian direbus dan masukan dalam kemasan plastik kecil.
•Untuk membuat gendar pukul 17.00 WIB.
•Di tempat Ibu kasriah pernah didatangi dosen untuk penelitian.
Saat pandemic covid tidak seharusnya pemilik UKM patah semangat. Justru harus bangkit dari adanya pandemic ini. Harus tetap berusaha meskipun perekenomian tidak stabil. Berapapun penghasilannya harus disyukuri. Rezeki sudah ada yang mengatur dari Allah. Pasti jika suatu UKM ditekuni maka akan menghasilkan profit yang lebih. Maka dari itu pemilik UKM harus tetap berjuang lagi dan tanpa ada kata menyerah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H