Dampak tragedi Chernobyl ialah 31 orang tewas, dan ratusan orang yang selamat tetapi mengidap kanker dan cacat tubuh. Pembersihan di lokasi itu pun menghabiskan biaya hingga US$18 miliar. Seketika Chernobyl menjadi kota mati.
Hingga saat ini, rehabilitasi untuk korban-korban Chernobyl masih terus berlanjut. Rusia, Ukraina dan Belarus masih terus dibebani dengan biaya dekontaminasi dan perawatan kesehatan bagi korban. Kota itu kini seperti museum hidup.
Bermimpilah Tanpa Mengorban Manusia dan Lingkungan
Sekali lagi, berkaitan dengan kasus radioaktif di Perumahan Batan Indah, ada tiga hal yang penting diingat. Jenis radioaktif sama dengan di Kota Chernobyl, yaitu Cs 137, meskipun berbeda skala luasan. Belum diketahui bagaimana bisa lepas ke kawasan pemukiman penduduk. Sisa limbah belum dikelola dengan baik.
Persoalan di Indonesia sering kali berkutat dalam kecerobohan, kecelakaan atau bencana alam, dan kambing hitam. Kalau gara-gara bencana alam semisal gempa, gampang dijadikan alasan. Akan tetapi, kalau kecerobohan, bahkan pengelolaan yang tidak baik karena oknum yang kurang bertanggung jawab, sering kali dicarilah "kambing hitam" untuk menutupi kesalahan diri sendiri.
Nah, bagaimana selanjutnya jika mimpi Luhut tentang senjata nuklir atau mimpi oknum-oknum tentang pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan segala keindahannya benar-benar terwujud?
Jangankan munculnya musibah berupa ledakan reaktor nuklir atau meletusnya bom nuklir di tempat pembuatannya, lha wong jelas sekali bahwa sisa limbahnya saja belum terkelola dengan baik. Apa perlu telanjur terjadi bencana yang mengorbankan banyak orang dan lingkungan, lalu terbangun dari mimpi indah tetapi ribut sendiri karena terkucil dari lingkungan sendiri? Â
*******
Beranda Khayal, Balikpapan, 15 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H