Dulu ada dua warung di depan SD saya (Dokpri)
Jajanan ketika SD (Dokpri)
Ketika keluar dari Bangka pada 9 Juni 1987 tetapi beberapa kali mudik, warung Yuk Nina masih ada, bahkan semakin jaya. Pada 1992 warung kayunya dipugar setelah suaminya, Bang Nusron, pensiun dini dari PT. Timah dengan pesangon yang lumayan ketika itu.
Bang Nusron dan Yuk Nina (Dokpri)
Setiap rutin mudik selama empat tahun terakhir, warung Yuk Nina menjadi tempat utama untuk melabuhkan kerinduan lidah saya. Kebetulan juga Bang Nusron juga mantan murid bapak saya di Jurusan Mesin STM Sungailiat, sehingga hubungan antartetangga tetap akrab, di samping antara pembeli dan penjual (pemilik warung).
Maka, pada kesempatan mudik akhir 2019 saya ingin menuliskan perihal makanan atau jajanan khas Bangka di kampung halaman, meskipun tidak terperinci dengan maksimal. Lokasi untuk memanjakan selera asal pun tidak perlu ditempuh dengan kendaraan berjelajah jauh dan berliuran sampai yang tetes terakhir. Dengan berjalan kaki saja, saya bisa segera menuntaskan kerinduan lidah secara leluasa dan aduhai.
Kampung Sri Pemandang Atas
Meski tidak setenar Kampung Melayu atau Kampung Rambutan di Jakarta, saya tetap senang mudik ke kampung halaman saya, Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Kab. Bangka Induk, Prov. Kepulauan Bangka Belitung. Ya, mau bagaimana lagi, namanya juga kampung halaman sendiri, 'kan?
Simpang TELKOM-Sri Pemandang Atas (Dokpri)
Kampung Sri Pemandang Atas atau sering disebut "Kampung Pucuk" merupakan bagian dari Kampung Sri Pemandang. Kampung atas sekitar dimana bagian bawah berujung di Simpang Mustafa alias pertigaan antara jalan Kampung Sri Pemandang Bawah, Kampung Senang Hati, dan jalan Taman Sari. Jalan raya yang menjadi semacam benang merahnya adalah Jalan Batintikal.
Merah = Sri Pemandang Atas (Dokpri)
Secara administratif, kampung halaman saya ini berada di Lingkungan/Dusun Sri Pemandang, Kelurahan Sri Menanti, dan Kecamatan Sungailiat. Kantor kelurahannya terletak di kawasan Pasar Inpres (dulu: Pasar Pagi), Singkai Melintang (Jalan Sam Ratulangi).
Kantor Kelurahan Sri Menanti (Dokpri)
Nama "Kampung Sri Menanti" yang kental dalam ingatan saya adalah kawasan kuburan Muslim di belakang Masjid Jami' Sungailiat. Hal ini disebabkan oleh jalan tembus dari arah Pasar Sungailiat yang menerus dan mudah melewatinya sampai ke samping Masjid Jami'.
Gerbang ke Kampung Sri Menanti (Dokpri)
Kalau boleh diasumsikan mengenai "Kampung Sri Pemandang" ini dan dari arah Pasar Sungailiat, Sri Pemandang dimulai setelah Masjid Jami' sampai sekitar Masjid Nurul Huda. Itu kalau boleh diasumsikan lho, ya?
Masjid Jami' Sungailiat (Dokpri)
Tempat Jajanan Terdekat Saya menyebutnya "terdekat" karena saya menempuhnya cukup dengan berjalan kaki. Jarak dalam ukuran "dekat" itu adalah 100-500 meter saja. Tidak terlalu berkeringat, dan tidak langsung menghabis energi ketika pulang dari tempat jajanan khas Bangka.
Posisi warung terdekat (Dokpri)
Lokasi pertama yang terdekat di kampung halaman saya sendiri (Sri Pemandang Atas) adalah warung Yuk Nina (Yuk = kakak perempuan; Mbak Yu dalam bahasa Jawa) atau pada spanduknya tertera "Terminal Makanan Khas Bangka Bu Nina". Jaraknya sekitar 200 meter dari rumah.
Lihat Sosbud Selengkapnya