Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Diskusi Kecil ketika Pulang Kota

18 Oktober 2019   03:42 Diperbarui: 18 Oktober 2019   03:59 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepulang dari Kupang, NTT, Kamis, 10/10, saya langsung "ditodong" oleh Novelis Balikpapan Alfiansyah untuk menjadi bagian dalam rencana sebuah acara diskusi. Sambil menikmati mi ayam di sebuah warung, saya pun menyanggupinya, apalagi nyaringnya rumor tentang ibu kota baru di Kaltim.

Untuk sementara saya da n penulis novel "Setiap Malam adalah Sepi" (2019) ini tidak perlu repot memikirkan perihal dinamika sosial-politik mutakhir, baik di lingkup lokal-regoinal maupun nasional. Masih ada pekerjaan rumah yang lebih penting untuk dikerjakan, khususnya tulis-menulis, literasi, dan dunia penerbitan di Balikpapan.

Memang cukup lama saya berada di luar Kota Minyak. Sekitar lima bulan (per 8/5). Suntuk dengan urusan bangunan sebagai arsitek sekaligus "eksekutor"-nya.

Sebelumnya, Rabu, 10/4, saya muncul untuk menemaninya dalam acara gelar wicara (talk show) Ngopi (Ngomong Pintar) di sebuah stasiun televisi lokal yang mengobrolkan perihal proses penerbitan novelnya. Sebelumnya lagi saya gagal menghadiri acara peluncuran novelnya pada Sabtu, 6/4.

Sejak 18/10/2014 saya memang mundur dari dunia semacam itu di Kota Beruang Madu. Selain hal-hal personal, saya sendiri sedang berupaya untuk mencari jalan paling mudah ditempuh bagi sebagian calon penulis di sana. Saya mengikuti aneka lomba penulisan sebagai uji mental, dan mencoba dengan penerbitan buku, karena saya yakin bahwa saya pasti akan kembali bersama mereka, dan mereka harus mudah menggapai keinginan mereka dalam hal penerbitan karya.

Saya pikir,biarlah saya sendiri yang menjalani aneka ujian dan pencarian jalan itu, karena saya sudah terbiasa sejak sebelum pindah ke Balikpapan pada 9/3/2009. Kalau saatnya tiba, saya akan "bentangkan" jalan lempang itu, supaya mereka leluasa mewujudkan impian mereka dengan memiliki buku karya sendiri dan selalu percaya diri.

Maka, Rabu, 16/10, pkl. 20.30 WITA di sebuah kedai kopi milik Maulidya, saya sanggupi diri saya untuk menjadi salah seorang "tukang kipas" (pemantik) dalam acara diskusi "Menerbitkan Buku Itu Gampang". Beberapa buku tunggal saya pun, yaitu kumpulan gombal (ini paling aneh!), kartun humor, catatan perjalanan, puisi, cerpen, dan esai, merupakan contoh paling nyata, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih genre kesukaan mereka.

Di samping itu, tentu saja, dengan kemudahan pencetakan buku melalui internet (daring/online) dengan sistem POD (Print On Demand) dan format-format atak umumnya. Ada tujuh poin yang saya sampaikan.

Pertama, mau membukukan tulisan serius ataupun main-main (ngocol, humor, curhat, dll.), tersedia banyak jasa pencetakan buku itu. Mereka bebas menjadi diri mereka sendiri, dan buku karya tunggal melengkapinya.

Kedua, soal karya, bisa berupa tulisan atau kartun humor sekian tahun silam, baik dalam blog pribadi maupun diska komputer. Yang terpenting, semua karya asli mereka sendiri, dan telah mereka persiapkan ataupun sedang persiapkan.

Ketiga, mau dicetak dalam jumlah berapa pun, mereka bisa berhubungan langsung dengan tempat percetakan daring. Mereka bisa menghubungi tempat itu secara daring, dan menentukan seberapa jumlahnya.

Keempat, soal biaya dan harga jualnya kelak, mereka bisa leluasa mengelolanya sendiri. Dengan modal sendiri (swadaya), mereka bisa leluasa menentukan apa pun tujuan penerbitan buku mereka. Mau bersenang-senang ataukah memang bertujuan pada keuntungan materi (profit).

Ya, sesuai dengan judul acara, "Menerbitkan Buku Itu Gampang", saya benar-benar mengungkapkan bahwasannya acara diskusi kali ini bukan sekadar basa-basi apalagi halusinasi. Harapan saya hanyalah bahwa mereka menikmati sekaligus merealisasikan pilihan hobi tulis-menulis mereka.

Sementara, jika menggunakan penerbit daring, saya memberi "peringatan". Satu buku saya yang diterbitkan oleh sebuah penerbit daring, ternyata juga diterbitkan oleh penerbit daring lainnya tanpa seizin dan sepengetahuan saya alias dibajak.

Kelima, bisa berkolaborasi dengan kawan lainnya, khususnya tukang gambar. Kebetulan di kedai kopi itu ada beberapa sketsa yang dipigura untuk dekorasi sebidang dinding, dan karya orang-orang Balikpapan, sehingga mereka bisa membuka peluang untuk berkolaborasi dengan keasyikan yang lengkap.

Keenam, soal keberanian atau percaya diri. Kalau berani sendiri, langsung saja menyiapkan naskah dan berhubungan dengan percetakan daring. Kalau perlu bantuan saya, saya akan membantu semampu saya.

Ketujuh, dan masih berkaitan dengan keenam dan kedua, saya memberi contoh berupa buku saya yang berisi "Artikel Utama di Kompasiana", kumpulan cerpen sejak 1999, dan kumpulan kartun yang sebagian pernah dimuat media massa sejak 1996. Promosi, ya?

Melalui poin ketujuh itu, sejujurnya saya ungkapkan di forum diskusi bahwasannya saya masih membutuhkan "pihak luar" dalam hal "seleksi" karya. Hal ini sangat penting agar saya sendiri tidak kepedean (over self-confidence).

Selain itu, bisa membuat penerbit sendiri dengan nama sesuka hati, meskipun belum berbadan hukum sehingga produk (buku) tidak memiliki ISBN (International Serial Book Number). Sesuai dengan "Menerbitkan Buku Itu Gampang", saya tidak mau "menyusahkan" pikiran mereka dengan ISBN, CV, dll. Ya, yang gampang sajalah.  

Dari diskusi malam itu selanjutnya saya menunggu mereka mengeksekusinya. Kepulangan sekaligus kehadiran saya di Balikpapan atau secara langsung ini pun sebenarnya hanya menghitung hari, karena saya akan bekerja sebagai arsitek sekaligus tenaga lapangan di luar Balipapan, bahkan luar Kalimantan lagi.

Akan tetapi, saya yakin bahwa tanpa saya, mereka pasti mampu mewujudkan impian mereka untuk memiliki dan mengelola buku karya mereka sendiri, dan mereka bisa leluasa bersenang-senang dengan pilihan (hobi) mereka secara lengkap melalui buku. Saya cuma tukang kipas, sebentar bisa melesat juga.  

*******
Beranda Khayal -- Balikpapan, 17 Oktober 2019  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun