Keempat, soal biaya dan harga jualnya kelak, mereka bisa leluasa mengelolanya sendiri. Dengan modal sendiri (swadaya), mereka bisa leluasa menentukan apa pun tujuan penerbitan buku mereka. Mau bersenang-senang ataukah memang bertujuan pada keuntungan materi (profit).
Ya, sesuai dengan judul acara, "Menerbitkan Buku Itu Gampang", saya benar-benar mengungkapkan bahwasannya acara diskusi kali ini bukan sekadar basa-basi apalagi halusinasi. Harapan saya hanyalah bahwa mereka menikmati sekaligus merealisasikan pilihan hobi tulis-menulis mereka.
Sementara, jika menggunakan penerbit daring, saya memberi "peringatan". Satu buku saya yang diterbitkan oleh sebuah penerbit daring, ternyata juga diterbitkan oleh penerbit daring lainnya tanpa seizin dan sepengetahuan saya alias dibajak.
Kelima, bisa berkolaborasi dengan kawan lainnya, khususnya tukang gambar. Kebetulan di kedai kopi itu ada beberapa sketsa yang dipigura untuk dekorasi sebidang dinding, dan karya orang-orang Balikpapan, sehingga mereka bisa membuka peluang untuk berkolaborasi dengan keasyikan yang lengkap.
Keenam, soal keberanian atau percaya diri. Kalau berani sendiri, langsung saja menyiapkan naskah dan berhubungan dengan percetakan daring. Kalau perlu bantuan saya, saya akan membantu semampu saya.
Ketujuh, dan masih berkaitan dengan keenam dan kedua, saya memberi contoh berupa buku saya yang berisi "Artikel Utama di Kompasiana", kumpulan cerpen sejak 1999, dan kumpulan kartun yang sebagian pernah dimuat media massa sejak 1996. Promosi, ya?
Melalui poin ketujuh itu, sejujurnya saya ungkapkan di forum diskusi bahwasannya saya masih membutuhkan "pihak luar" dalam hal "seleksi" karya. Hal ini sangat penting agar saya sendiri tidak kepedean (over self-confidence).
Selain itu, bisa membuat penerbit sendiri dengan nama sesuka hati, meskipun belum berbadan hukum sehingga produk (buku) tidak memiliki ISBN (International Serial Book Number). Sesuai dengan "Menerbitkan Buku Itu Gampang", saya tidak mau "menyusahkan" pikiran mereka dengan ISBN, CV, dll. Ya, yang gampang sajalah. Â
Dari diskusi malam itu selanjutnya saya menunggu mereka mengeksekusinya. Kepulangan sekaligus kehadiran saya di Balikpapan atau secara langsung ini pun sebenarnya hanya menghitung hari, karena saya akan bekerja sebagai arsitek sekaligus tenaga lapangan di luar Balipapan, bahkan luar Kalimantan lagi.
Akan tetapi, saya yakin bahwa tanpa saya, mereka pasti mampu mewujudkan impian mereka untuk memiliki dan mengelola buku karya mereka sendiri, dan mereka bisa leluasa bersenang-senang dengan pilihan (hobi) mereka secara lengkap melalui buku. Saya cuma tukang kipas, sebentar bisa melesat juga. Â
*******
Beranda Khayal -- Balikpapan, 17 Oktober 2019 Â