Pinokio, Pinokio,
Boneka kayu yang lucu
Pinokio, Pinokio,
Kusayang, kucinta padamu
--- "Kisah Pinokio" dinyanyikan oleh Sandra Dewi dan Liza Tanzil, 1978 ---
Jagat media di Indonesia pada pertengahan September 2019 dihebohkan dengan sampul depan majalah Tempo edisi 16-22 September 2019. Belasan relawan Jokowi Mania (Jokman) menggeruduk Gedung Dewan Pers di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (16/9) untuk memprotes sampul depan majalah Tempo yang memajang wajah Presiden Jokowi dengan bayangan berhidung panjang mirip tokoh Pinokio, dan tertulis "Janji Tinggal Janji".
"Kami ingin melaporkan Majalah Tempo ke Dewan Pers. Kami melihat bahwa narasi yang diciptakan Tempo seakan Presiden Jokowi Tidak berpihak terhadap pemberantasan korupsi. Dan, gambar tentang Pinokio. Itu kan penghinaan terhadap negara, Simbol Negara," kata Ketua Umum Jokowi Mania Immanuel Ebenezer di antara rekan-rekannya yang membawa salah satu poster yang bertuliskan "Kami Dukung Kebebasan Pers Tapi Kode Etik Jurnalis Harus Dikedepankan".
Di dunia maya, pada hari yang sama drumer Superman is Dead Jerinx pun unjuk tulisan di akun Instagram. Foto sampul depan majalah itu diunggahnya pula.
"Pak @jokowi tolong ini majalah @tempodotco segera disikat. Penghinaan luar biasa terhadap Pinokio," tulis Jerinx SID.
Jerinx yang mendeklarasikan dirinya "Ketua Front Pembela Pinokiwi" juga meminta Jokowi untuk membungkam Tempo dengan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik, agar membuat media lain takut untuk ikut-ikutan. "Orang baik kok dilawan," kata Jerinx.
Sementara Redaktur Eksekutif Majalah Tempo Setri Yasra mengatakan bahwa sampul Majalah Tempo edisi 16-22 September 2019 bukan menggambarkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai pinokio. "Tempo tidak pernah menghina kepala negara sebagaimana dituduhkan. Tempo tidak menggambarkan Presiden sebagai pinokio. Yang tergambar adalah bayangan pinokio," kata Setri.
Sekilas tentang Pinokio dan Populer di Indonesia
Pinokio adalah sebuah boneka kayu yang disulap oleh Peri Biru menjadi seorang anak sekaligus tokoh utama dalam cerita anak "Petualangan Pinokio" karangan Carlo Collodi pada 1883. Hidung boneka buatan Pematung Geppeto ini akan memanjang jika berbohong.
Pada 2002 kisah dan lagu "Pinokio" sempat muncul lagi. Kemunculannya dalam bentuk cakram padat (Compact Disc / CD). Entahlah, bagaimana popularitasnya jika dibandingkan dengan produk 1970-an itu.
Presiden yang dikariaturkan dengan sosok Pinokio bukanlah sesuatu yang baru dan luar biasa. Paling tidak, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, atau presiden sebelumnya, Barrack Obama, juga digambarkan bahkan mirip dengan Pinokio dengan hidung memanjang.
I based my interpretation on the fact that he fulfilled practically all the criteria included in the classification of narcissism established by the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). This is the standard classification of mental disorders used by mental health professionals in many countries all over the world.
The symptoms of this syndrome include the following: Grandiosity; fantasies of power and personal attractiveness; self-perception of being unique; needing constant admiration form others; sense of entitlement; exploitation of others for personal gain; intensely envious of others and pompous and arrogant demeanor. His behavior at the time, which became even more evident since becoming President, only confirmed this hypothesis.
Di Indonesia, karikatur Jokowi yang berhidung Pinokio terpampang secara jelas dengan tulisan besar "Sang Pendusta!" pada sampul belakang tabloid Obor Rakyat edisi 01, 5-11 Mei 2014 pada masa kampanye Pilpres 2014. Sementara pada sampul depannya terpampang foto Capres Jokowi sedang sungkem pada Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan judul "Capres Boneka".
Kepada Tagar, Senin, 16 September 2019, Ketua Komisi Penelitian, Pendataan, dan Ratifikasi Pers Dewan Pers Ahmad Jauhari mengatakan bahwa gambar yang ada pada sampul majalah Tempo merupakan bentuk kritik terhadap pemerintah.
"Di negara demokrasi, kritik atau gambar ledekan seperti itu sebenarnya lumrah, tapi di sini masih pada baper, dianggap sebagai serangan pribadi. Dari aspek kaidah jurnalistik tidak ada etika jurnalistik yang dilanggar oleh Tempo. Kalau baperan jangan minta jadi pejabat publik dong. Jadi buruh mebel aja," ucap Jauhari.
Kepada Tempo, Selasa, 17 September 2019, Direktur Umum Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers Ade Wahyudi mengatakan bahwa sampul depan itu tidak melanggar aturan apa pun.
"Menurut saya sih masih dalam batas wajar. Masih oke. Tak ada sama sekali penghinaan. Justru seharusnya direspons baik," kata Ade.
Kesimpulan
Bayangan berhidung panjang di belakang Jokowi dalam sampul depan majalah Tempo (2019) lebih lumrah sebagai kritik yang halus jika dibandingkan dengan Jokowi berhidung Pinokio dalam sampul belakang tabloid Obor Rakyat (2014). Sedangkan tokoh politik berhidung panjang Pinokio pun terbih dulu muncul di Tempo (2001).
Tidak ada yang luar biasa, yang patut disebut sebagai sebuah penghinaan terhadap simbol negara melalui sampul depan majalah Tempo. Apalagi, kata sekian banyak orang, pasca-Reformasi 1998 memberi peluang seluasnya bagi demokrasi. Iya, nggak?
Hanya saja, karikatur Jokowi berbayangan Pinokio di majalah Tempo itu "terinspirasi" oleh karikatur Donald Trump di situs Donkey Hotey, 2017. Sama sekali bukan gagasan baru-cemerlang, apalagi luar biasa. Terserahlah deh. Â Â
*******
Kupang, 17 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H