Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Nama Saya Tidak Tercantum dalam Daftar Peraih K-Rewards Bulan Ini?

6 September 2019   23:12 Diperbarui: 6 September 2019   23:48 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya percaya bahwa setiap orang berpegang pada keyakinannya masing-masing. Dengan keyakinan, setiap orang bisa menjalankan kehidupan dengan penuh semangat-optimistis.

Kalau tidak yakin, mana mungkin mau memegang keyakinannya, 'kan?

Keyakinan dan semangat-optimistis merupakan suplemen cukup ampuh bagi setiap orang untuk lebih giat dalam menyiasati kehidupan. Kelelahan fisik tidaklah mampu menghalangi mereka. Kalaupun mampu, mereka mengantisipasinya dengan istirahat sebentar, lalu segera bergiat lagi.

Berkaitan dengan K-Rewards yang tertayang secara periodik, ada kompasianer yang meyakini bahwa namanya selalu tertera beserta angka rupiahnya. Di samping itu juga meyakini bahwa angka rupiahnya akan bertambah.

Kompasianer lainnya meyakini bahwa kali ini namanya akan tertera beserta angka rupiahnya. Keyakinan ini berdasarkan artikel-artikel yang mendapat stempelisasi tertentu yang berpotensi menyedot jumlah pembaca lebih banyak, bahkan banyak sekali-duakali.

Mungkin ada pula kompasianer yang mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa suatu waktu nanti nama beserta angka rupiahnya tertera di K-Rewards entah kapan. Masak, sih, selama sekian waktu dengan jaminan verifikasi, jumlah artikel dan pembaca yang dihasilkan itu tidaklah mampu menerakan namanya dalam daftar peraih K-Rewards?

Nah, begitu pengumuman K-Rewards ditayangkan, tak pelak menggoda kompasianer untuk berbondong-bondong ke sana. Kalau kemudian ada yang kecele, mungkin dalam benaknya muncul pertanyaan, "Mengapa nama saya tidak tercantum dalam daftar peraih K-Rewards bulan ini?"   

Setiap kompasianer sah-sah saja memiliki keyakinan sekaligus optimisme mengenai nama meraih sekian rupiah melalui penayangan K-Rewards. Meskipun begitu, tidak semua kompasianer akan berhasil meraih K-Rewards, terlebih hingga jutaan rupiah, 'kan?

Tidaklah luar biasa jika K-Rewards andil secara meyakinkan sebagai pemicu (motivator) bagi kompasianer. Ya, realistis saja, sih. Bukankah untuk menulis tidaklah gratis, misalnya listrik, minuman-camilan, dll., dan menayangkannya, semisal kuota internet?

Kalau sebagian kompasianer lainnya mengalihkan perolehan K-Rewards untuk sumbangan sosial, wajar-wajar saja, sih. Barangkali raihan K-Rewards itu bukanlah tujuan (orientasi) ketika bergabung dengan Kompasiana. Meraih sekian rupiah pun, baginya, justru merupakan kesempatan untuk bersedekah.

Lantas, bagaimana dengan saya terhadap K-Rewards?

Ah, sudahlah. Saya tidak pernah meyakini bahwa nama saya beserta angka rupiah akan tertera di K-Rewards sejak saya menolaknya pada beberapa waktu silam. Orientasi saya sejak awal bergabung memang bukan untuk meraih seberapa rupiah yang layak.

Ketika saya menolak, ada rekan kompasianer yang menanyakan perihal alasan penolakan saya, apalagi profil saya terverifikasi dengan bulatan  biru, dan ada artikel saya yang berpotensi mendulang angka cukup meyakinkan. Mungkin karena saya sudah berduit melalui jasa perancangan arsitektur, pikirnya.

Sejujurnya saja dan yakinlah bahwa saya belum juga berduit. Tidak sedikit calon pengguna (user) jasa saya enggan membahas harga jasa alias meminta gratis saja. Hal semacam itu, sih, biasa-biasa saja bagi saya.

Kalau memang begitu, untuk apa saya mau repot menulis dan menayangkannya di Kompasiana?

Bukan untuk apa, melainkan untuk siapa yang mau membaca pemikiran saya dalam wujud tulisan. Soal "siapa yang mau", ya, terserah siapa-lah. Apakah pemikiran saya berfaedah ataukah diacuhkan oleh siapa saja, ya, juga terserah saja.

Saya, sih, hanya mau memikirkan hal-hal yang mudah, karena dalam kehidupan sehari-hari saya selalu menghadapi hal-hal yang susah serta payah. Dengan memikirkan hal yang mudah, saya meyakini bahwa saya bisa santai ketika menulis sambil sesekali mendengarkan lagu cinta yang tercedera.

*******
Kupang, 6 September 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun