Semua sudah diperhitungkan (dikalkulasikan) oleh "Orang Muda", karena dunia kerja yang benar-benar murni pada keuntungan (profit), baik keuntungan dalam waktu dekat maupun prospeknya. Naluri spekulatifnya memang sudah terbentuk sejak terjun langsung dalam projek-projek yang dikerjakan oleh pamannya.
Ada Persamaan di Samping Perbedaan yang Jelas
Hal-hal di atas pun saya sampaikan pada ELcid. Dengan begitu, paling tidak, saya berharap bahwa Elcid bisa memahami sedikit mengenai kehidupan sebagian pelaku projek pembangunan.
"Sama dengan aku dengan IRGSC," katanya.
Kantor IRGSC juga semacam markas bagi banyak komunitas di Kupang. Saya sudah menyaksikan secara langsung bahwa kantor IRGSC terbuka selama 24 jam.
Kantor ini tidak melulu berurusan dengan penelitian, mengolah data, dan sekitarnya, melainkan diskusi, pembentukan loyalitas-solidaritas, dan seterusnya dalam taraf pembelajaran secara nyata. Tidak perlu heran jika kantor ini dipakai oleh banyak organisasi non-pemerintah dalam aneka kegiatan, misalnya diskusi, seminar, pelatihan (workshop), bedah buku, tawaran beasiswa luar negeri, dan lain-lain.
Di kantor ini juga tersedia dapur, beras, gula, garam, bumbu dapur, air minum, dan sekitarnya. Kalau soal tidur, sih, bebas-bebas saja, asalkan tidak manja dengan kasur busa, selimut, dan bantal-guling. Â
Akan tetapi, ya, perbedaannya dengan dunia kerja pembangunan hanya pada orientasi. IRGSC tidak mendidik kaum muda dengan doktrin "orientasi profit" melalui projek-projek penelitian. Â
Saya kira artikel sepele ini cukup sampai di sini. Terima kasih atas perhatian Sidang Pembaca.
*******
Kupang, 9 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H