Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tetap Bekerja Ketika Idulfitri di Kupang

6 Juni 2019   00:29 Diperbarui: 6 Juni 2019   01:42 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetangga di samping kiri dan berbatasan dengan jalan samping berasal dari Lamongan, Jawa Timur. Sebut saja Mas. Si Mas bekerja di sebuah pengadilan.

Tetangga di depan rumah atau seberang jalan depan berasal dari Bone, Sulawesi Selatan. Sebut saja Pak Haji. Keseharian Pak Haji adalah berdagang di toko kecil depan rumahnya. Setiap hari saya membeli sebotol minuman kemasan di situ, bahkan satu kali meminjam galah pemasang bola lampu.

Tetangga lainnya, yaitu sebuah keluarga muda dan rumahnya berada satu deret dengan rumah Pak Haji. Pada awal pekerjaan (3/6) saya sudah ngobrol sekilas dengannya mengenai pengadaan air bersih. 

Air bersih merupakan persoalan krusial di sebagian wilayah Kupang, dimana air tidak mengalir setiap hari dan setiap rumah tidak memiliki sumur (sumber air sendiri). 

Pada hari itu juga saya berkesempatan dalam pembagian air dengan tetangga itu melalui mobil tangki air berisi 5000 liter, sehingga projek bisa tersedia air untuk bekerja dan lain-lain.  

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Strategi Melaksanakan Pekerjaan

Berkenalan dengan orang-orang di sekitar tempat bekerja merupakan salah satu strategi saya dalam pelaksanaan pekerjaan yang sekian tahun saya pelajari sendiri. Paling tidak, tata krama seperti dalam istilah Jawa, yaitu kula nuwun alias "permisi".

"Permisi", bagi saya, bukanlah sekadar basa-basi, melainkan tradisi bersosial-masyarakat yang paling mendasar. Kesadaran diri sebagai "orang baru" dan dipercayakan sepenuhnya oleh pemberi pekerjaan di lingkungan "baru" merupakan kunci untuk memulainya.

Dokumen Ardy Milik, 4/6/2019
Dokumen Ardy Milik, 4/6/2019
Melalui pergaulan sederhana ala orang tradisional itulah saya bisa lebih mengenal situasi lingkungan sekaligus strategi melaksanakan pekerjaan masing-masing penghuni di lahan yang sempit dan sangat rapat. 

Lahan sempit nan rapat bukanlah sebuah masalah, melainkan sebuah tantangan yang harus saya hadapi dan kelola dengan aduhai. Pekerjaan yang sangat teknis tidaklah bisa dilepaskan dari situasi non-teknis. Bahkan, tidak mustahil jika situasi non-teknis malah lebih penting untuk diselesaikan terlebih dulu agar tujuan secara teknis bisa berlangsung dengan sebagaimana mestinya.

Kebetulan ketiga tetangga telah memperbaiki dan mengembangkan (renovasi) rumah mereka. Dengan begitu saya bisa menanyakan tentang bagaimana mereka menyiasati kondisi sekitar, misalnya menempatkan bahan bangunan, siapa yang mengerjakan pekerjaan, dan seterusnya. Berikutnya, tentu saja, "pengalaman" mereka menjadi strategi saya tanpa "mengganggu" tatanan "baru" di sekitar saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun