Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sebuah Siasat pada Suatu Kesempatan Berdurasi Sembilan Jam

11 Mei 2019   11:30 Diperbarui: 11 Mei 2019   12:28 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahkan Mas Aji juga menyarankan saya untuk beristirahat dengan mencari bangku kosong di sekitar kami karena, mungkin, mata saya masih menampilkan rona merah dan waktu masih cukup untuk sekadar bermimpi indah.

Obrolan kami berakhir ketika dia beranjak untuk menyambut calon penumpang yang baru keluar dari pintu kedatangan. Bagi saya, inilah kesempatan saya ikut beranjak, dan menuju warung kalangan sopir taksi.

Saya pun pergi ke sana. Tidak terlalu sulit untuk menemukannya itu satu-satunya warung di situ. Saya melihat beberapa orang sedang nongkrong. Namun, sayangnya, ternyata tutup, Gaes! Mungkin karena sekarang bulan puasa.

Kamera Hampir Hilang dan Orang Jujur
Sekembali dari warung "tongkrongan para sopir taksi", saya kebingungan. Mondar-mandir di ruang tunggu bagian luar Terminal 2 hingga saya putuskan untuk duduk lagi sambil menonton televisi. Toh, waktu untuk check in masih tersisa sekitar dua jam.

"Mas," tegur seorang petugas kebersihan bandara  (berpakaian "dinas" berupa kaus oblong merah dengan hitam pada bagian lengan) seraya menyodorkan sebuah benda, "ini punya Mas. Tadi terjatuh di sana."  

Oh, kamera andalan saya dalam bungkusnya!

"Ya, terima kasih, Mas," balas saya sambil menerima kamera saya.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Gaes, kamera itu merupakan salah satu alat kerja saya, apalagi saya bekerja secara mandiri. Dan, bagi saya, kamera itu sangat mahal harganya, yaitu Rp800.000,00 pada 2011. 

Ternyata, masih ada orang jujur di dunia ini, Gaes! Oh, alangkah bersyukurnya saya!

Membuat Sketsa
Memang, selama sekian jam itu tidaklah saya biarkan berlalu dalam obrolan, baik secara langsung dengan orang-orang di sekitar maupun melalui telepon dengan istri, kawan, bahkan ibu saya. Saya masih menyempatkan diri untuk membuat sesuatu. Apa itu?

Saya membuat sketsa, Gaes. Sketsa yang sesuka-suka saya karena tujuan saya hanyalah berlatih sekadarnya. Dan, memang, sejak dari Balikpapan saya sudah menyiapkan sebuah buku khusus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun