"Naik mobil itu untuk ke Terminal 2," ujar petugas tadi sambil menunjuk ke sebuah mobil dengan rupa tertentu. "Gratis kok."
Ya! "Gratis kok" itu yang sangat cepat sampai di benak saya, dan sangat menyenangkan, Gaes. Saya pikir, memang sudah semestinya begitu karena bagian dari pelayanan (service) pihak pengelola bandara. Meski "sudah semestinya", toh, frasa "gratis kok" tetaplah sangat menyenangkan bagi saya, selain sebuah pengalaman baru.
Tentu saja "sebuah pengalaman baru" karena tidak setiap minggu atau bulan saya pergi ke bandara Juanda. Jangankan Juanda, bandara Sepinggan saja jarang sekali saya kunjungi, apalagi tidak seluas Juanda.
Perjalanan ke Terminal 2
Dalam mobil khusus bernama "Shuttle Bus" yang bagus dan berisi tiga penumpang saja walaupun tersedia untuk sepuluh penumpang itu, saya menikmati "sebuah pengalaman baru". Maklumlah, Gaes, orang udik macam saya ini memang menyukai hal-hal baru, terlebih "gratis kok".
Pengalaman baru mengenai transportasi darat lingkup bandara. Juga pengalaman baru mengenai lingkungan fisik yang tertata serta kehidupan alamnya di sepanjang perjalanan, misalnya jalan, parit, rawa, pepohonan, burung, biawak, dan lain-lain.
Tidak ketinggalan  pemandangan beberapa petak persawahan yang melambungkan pikiran saya pada kenangan ketika tinggal hampir satu tahun di rumah mbah saya yang masih berdinding anyaman bambu (gedhek) dan dikelilingi area persawahan yang luas. Di kampung halaman (Sungailiat) dan tempat tinggal sekarang (Balikpapan) tidak terdapat area persawahan.
Juga, dulu, di dekat indekos saya atau kanan-kiri Jalan Babarsari awal era 1990-an terdapat persawahan. Ah, terlalu romantis-melankolis saya ini!
Perjalanan dengan waktu lebih lima menit dan pemandangan yang aduhai itu berakhir di Terminal 2. Suhu lebih teduh daripada Terminal 1, dan terlihat beberapa pesawat sedang parkir, termasuk yang berlogo "Air Asia".
Smoking Area
Di Terminal 1 saya pernah menikmati kopi "kelas bawah" yang dijual oleh seorang ibu-ibu secara "rahasia", yaitu di "area merokok" (Smoking Area) yang berada di area perhentian mobil pengantar, termasuk Damri.Â
Namun, karena bulan puasa, saya tidak bisa menikmati kopi itu lagi. Hanya asap kendaraan yang sedang menunggu penumpang-lah yang begitu terasa!