Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Media Cetak Masih Menggertak Meski Mendadak

25 Januari 2019   12:46 Diperbarui: 25 Januari 2019   17:11 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tidak cukup Pemilu Serentak terpusat pada Pilpres. Masih ada Pileg, yang luput disorot secara serius. Partai-partai berbasis agama bisa "memanfaatkan" media cetak sebagai bagian dari kampanye "terselubung". Tentu saja, tabloid "khusus" atau "untuk kalangan tertentu".

Contoh lainnya adalah harian Media Indonesia (MI), yang juga "saudara kandung"-nya Metro TV. Surya Paloh sudah berhasil "memainkan" posisi media cetak dan media serat optik untuk partainya, yaitu Nasional Demokrat (Nasdem) yang didirikannya pada 26/7/2011. Atau, harian Seputar Indonesia (Sindo), yang juga "saudara kandung"-nya RCTI, MNCTV, dan GTV, diolah-kelola oleh Harry Tanoesoedibjo hingga ia mendirikan Partai Persatuan Indonesia (Perindo) pada 7/2/2015.  

Mungkin terlalu berat jika dibandingkan dengan MI dan Sindo karena kedua media cetak ini "berduet" langsung dengan media serat optik yang juga mapan. Akan tetapi, berkaca dari tiga media cetak dadakan tadi, khususnya OR dan IB, penerbitan media cetak "khusus" sebaiknya dipertimbangkan kembali untuk 2024 dan seterusnya.

Pertimbangan ini berjangka panjang (tidak grasa-grusu dengan risiko fatal), dan bisa berdana rendah apabila diolah-kelola dengan cermat-tepat dan sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik yang memadai oleh orang-orang terpercaya di bidangnya (mumpuni). Meski tujuan utamanya tetap pada politik praktis, hanya saja bagaimana partai dan orang-orang sekitarnya mampu "memainkan" faktor kultural-sosial secara ciamik untuk melempangkan perjalanan "senyap" ke tujuan utama itu.

*******
Balikpapan, 25 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun