Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Media Cetak Masih Menggertak Meski Mendadak

25 Januari 2019   12:46 Diperbarui: 25 Januari 2019   17:11 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tabloid Indonesia Barokah (IB) bergerilya ke sebagian wilayah di Pulau Jawa menjelang Pemilu Serentak 2019 sebelum pertengahan Januari. Beberapa pesantren dan masjid menjadi tempat sasaran tabloid yang belum jelas alamatnya ini.

Hal ini mengingatkan sebagian masyarakat Indonesia pada tabloid Obor Rakyat (OR), yang juga beredar dan menyasar ke tempat sejenis dengan IB menjelang Pemilu Serentak 2014. Meski pada  22/11/ 2017 Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menghukum Pemimpin Redaksi Setiyardi Budiono dan Penulis Darmawan Sepriyosa selama delapan bulan penjara, sekeluar-bebas Setiyardi akan menerbitkan OR lagi.

"Saya berharap bulan depan sudah bisa terbit," kata Setiyardi (8/1).

Sementara, sebelum muncul IB dan OR Jilid II, Independent Observer (IO) sempat ramai diperbincangkan pada akhir Agustus 2018. Pada halaman muka koran berbahasa Inggris itu menampilkan berita utama berjudul "New Hope Vs Unfulfilled Promises" dengan dua ilustrasi pasangan capres dan cawapres, Prabowo-Sandiaga dan Jokowi-Ma'ruf. Entah bagaimana nasibnya kini.

Tiga media cetak dadakan tersebut, diakui atau tidak, masih memiliki daya gertak bahkan labrak dalam situasi kecerewetan dan kebawelan media-media serat optik, khususnya media daring yang secara langsung bermain di ranah politik praktis sesaat. Malahan, ketiganya lebih "mengerikan", "mendebarkan", dan "menggelisahkan" bagi kalangan politisi.  

Di samping itu, ketiga media musiman tadi juga membuktikan bahwa media cetak masih patut diperhitungkan kedahsyatannya. Hal ini pun lebih dari cukup untuk membentak sebagian awak media cetak agar tidak selalu bersenandung penuh sedu-sedan dengan lagu "Senjakala Media Cetak".

Senjakala media cetak menyeruak menjelang akhir 2015. Senjakala tersebut berkaitan dengan tergulungnya Harian Sore Sinar Harapan Jakarta dari geliat industri media cetak umum per 1 Januari 2016. Salah satu pendampaknya adalah maraknya kemunculan media serat optik.

Dari realitas kultural-sosial-politik yang tersaji selama lima tahun terakhir, media cetak tetaplah tidak bisa dianggap "senjakala" hanya lantaran kecerewetan dan kebawelan media serat optik. Salah satu pertimbangan sangat penting, seperti dalam bauran pemasaran (marketing mix) bikinan Philip Kotler, adalah tempat (place).

"Tempat" itu, maksudnya, tidak semua tempat dikuasai sepenuhnya oleh media serat optik. Masih tersedia "tempat" yang senantiasa bisa "menerima" kehadiran sebuah media cetak, apalagi dengan konten yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan dalam kaidah jurnalistik. Dan, "tempat" pun selalu berkaitan erat dengan "tokoh setempat".  

Sekali lagi, pada 2014 OR telah membuktikan, betapa faktor "tempat" menjadi sangat krusial, bahkan sebagian isinya mampu mengendap dalam alam bawah sadar sebagian orang. Kemudian 2019 IB pun sedang melakukan hal serupa. Kalau 2019 IB dan OR Jilid II berujung "duel" media di suatu "tempat", ya, anggaplah biasa saja seperti duel kontestan 2014 dan 2019.

Nah, bagaimana untuk 2024 dan seterusnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun