Malam menyambut tahun baru 2019 ada yang istimewa bagi saya. Istimewanya, saya dan istri menghadiri undangan kenduri kecil keluarga kawan kami, Nur Choiri di sebuah gang kecil depan R.S. Siloam Jalan M.T. Haryono, Balikpapan.
Selama tinggal di Balikpapan sejak 2009 atau 9 tahun, baru malam tahun baru ini saya dan istri keluar rumah, dan berkumpul dengan keluarga kawan. Biasanya kami hanya di rumah. Mertua akan mengajak berdoa bersama untuk bersyukur karena telah menerima segala kebaikan pada tahun lama, dan berharap kebaikan pada tahun yang baru.
Ya, biasanya, 31/12 sore, kami sudah menyiapkan tempat dengan perlengkapan panggangnya. Arang, jagung, ikan, dan bumbu-bumbu. Membakar jagung dan ikan seperti umumnya. Terkadang bersama kawan-kawan yang datang, khususnya kawan-kawan istri saya.
Menjelang tahun baru 2019, boleh dong, melakukan hal yang tidak biasa?
Tidak biasa itu, pertama, saya diundang Nur-Nia ketika bersantai dengan mancing di tepi sungai Kampung Nelayan, Manggar. Kebetulan istri saya menyanggupi ketika saya sampaikan undangan itu.
Kedua, bukan di rumah sendiri. Saya dan istri mencoba suasana malam tahun baru yang berbeda, apalagi bersama keluarga orang lain. Artinya, bersosialisasi atau bersilaturahmi selagi memang sedang mendapat kesempatan.
Ketiga, tidak perlu sibuk menyiapkan ini-itu lagi, meskipun hanya untuk keluarga kami sendiri. Ya, maklum sajalah, kami sedang berperan sebagai tamu undangan. Tamu undangan harus menghormati dan menghargai kesibukan si pengundang alias tuan rumah.
Tiga itu saja dulu, yang tidak biasa. Yang biasa, salah satunya cuaca sangat mendukung. Ya, entah mengapa, pada penghujung 2018 beberapa kali saya berencana untuk memenuhi ajakan kawan beracara malam, cuaca selalu mendukung. Langit kelam berbintang cerlang.
Pertama, waktu ikut acara di halaman parkir Universitas Balikpapan (Uniba). Kedua, waktu bersantai di pinggir Sungai Manggar. Ketiga,ya,malam menyambut tahun baru 2019 ini.
Mungkin saya sedang diberi-Nya kesempatan untuk kembali menemui kawan-kawan lebih muda agar tetap terjaga kebersamaan, dan selalu ada perhatian saya untuk serius mencari bibit-bibit baru dalam berkarya.
Saya mengenal Nur Choiri di Uniba pada 2013. Dia menjadi ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni dan Musik (SEMU), dan melalui Alfian, dia mengundang saya untuk menjadi salah seorang pembicara dalam sebuah seminar.