Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menerbitkan Buku Artikel Pilihan sebagai Resolusi 2019

31 Desember 2018   12:32 Diperbarui: 31 Desember 2018   13:05 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tren Pekan Ini dan Featured Article (olah dari Kompasiana)

Puji Tuhan, rencana 2018 dengan menerbitkan 5 buku karya tunggal sudah terwujud. Salah satu buku tersebut berupa kumpulan artikel non-fiksi yang berstempel "Artikel Utama" (Headline). Cukup dengan 30 eksemplar per judul, dikurangi 2 eksemplar untuk Perpusnas RI dan 1 eksemplar untuk Perpusda Balikpapan sebagai kewajiban penerbitan ber-ISBN.

5 buku untuk deposit di Perpusda Balikpapan (Dokpri)
5 buku untuk deposit di Perpusda Balikpapan (Dokpri)
Memang, masih ada yang belum bisa terwujud alias mangkrak, yaitu "Kamus Bahasa Budak Sekaban" dan novel "Ombak Asmara Pantai Rambak", padahal sudah saya rencanakan sejak 2016. Keduanya "terpaksa" mangkrak karena saya harus "menggali timah" lebih dalam lagi dengan mudik selama 3 minggu yang gagal total pada 2018.

Bukan salah rencana ataupun gagal total hingga mangkrak dilengkapi alasan macam-macam, melainkan karena saya harus bekerja sesuai dengan bidang saya sebagai seorang arsitek mandiri, dan lokasi tempat bekerja saya berada di Kupang, NTT. Belum ada kesempatan berlibur selama 3 minggu di kampung halaman.

Sejujurnya saya katakan, sebagian hasil/upah bekerja itu saya dedikasikan dalam bentuk buku-buku tunggal saya. Saya tidak berani berharap pada siapa-siapa selain diri saya sendiri karena semua gagasan itu murni dari diri saya sendiri alias tanpa pesanan pihak "sponsor".

Bagi saya, buku merupakan puncak dari kumpulan tulisan atau karya lainnya, semisal gambar/ilustrasi isi, sebagaimana rumah merupakan puncak dari kumpulan garis-rancangan. Bagi saya lagi, setiap tulisan memiliki "sejarah"-nya sendiri-sendiri, selain tema/topik. Dengan terabadikannya dalam sebuah buku, ya, pungkas-tuntaslah prosesnya.

Jumlah cetakannya pun tidak perlu banyak (300-1000 eksemplar per judul) sebab keterbatasan dana serta pengelolaan (penjualan). Saya belum berani menjadi pebisnis buku secara total karena profesi saya masih membutuhkan seluruh perhatian saya.

Terima Kasih kepada Kompasiana.Com
Tidak boleh lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada Kompasiana.Com. Pada 2018 saya menerima 2 "penghargaan" atau "apresiasi" dari perintis jurnalisme warganet (netizen journalism) ini.

"Penghargaan" tersebut adalah 1. "Tren Pekan Ini" (21/11) untuk artikel "Hati-hati Membeli Rumah Bersubsidi" (14/11), bahkan masuk Kompas.Com dengan artikel "Populer di Kompasiana : Dari Kaesang yang Berjualan Pisang hingga Media Sosial Sterilkan Linimasa" (17/11); 2. "Featured Article" (31/12) untuk artikel "Kemiskinan dalam Selongsong Kembang Api Tahun Baru" (31/12/2017).

Tren Pekan Ini dan Featured Article (olah dari Kompasiana)
Tren Pekan Ini dan Featured Article (olah dari Kompasiana)
Dari Kompasiana.Com ke Kompas.Com
Dari Kompasiana.Com ke Kompas.Com
Mendapat stempel "Artikel Utama" saja saya sudah senang bukan main, apalagi ditambah "Tren Pekan Ini" atau "Featured Article". Maklumlah, saya kurang memahami mengenai mutu artikel saya sendiri sehingga layaklah saya berterima kasih atas "penghargaan" tersebut.

Artikel "Hati-hati Membeli Rumah Bersubsidi" sudah siap tergabung dalam calon buku kumpulan artikel utama di Kompasiana "Surga Siap Saji". Sedangkan artikel "Kemiskinan dalam Selongsong Kembang Api Tahun Baru" sudah tergabung dalam buku kumpulan artikel utama di Kompasiana "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018).

Fokus pada Resolusi 2019
Resolusi, tentu saja, tidak cukup sekadar diumbar ke forum pembaca lalu selesai, meski perlu "diingatkan" secara intens. Perlu adanya upaya yang serius atau fokus untuk melaksanakannya (mewujudkan/merealisasikan), terlebih saya melibatkan Kompasiana.Com sebagai mitra. Artinya, realisasinya harus benar-benar saya lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun