Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ketakwaan yang Terkawal

24 Desember 2018   23:53 Diperbarui: 25 Desember 2018   00:12 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, kehadiran aparat negara merupakan bukti perlindungan negara terhadap warga negaranya sendiri. Perikemanusiaan dan persatuan Indonesia sudah menjadi harga mati dalam landasan ideologis, selain hakikat sila lainnya. Tidak bisa ditawar dengan negosiasi yang justru anti-kemanusiaan sekaligus anti-persatuan Indonesia.

Realitas ketakwaan yang dikawal aparat, bagaimanapun, merupakan tanggung jawab negara pada saat situasi mutakhir yang sudah terlalu dinamis dalam detak waktu berlilitkan kabel dengan dinamit. Kalau kemudian masing-masing umat saling menjaga peribadahan sesama warga negara, memang sudah sepatutnya. Perikemanusiaan dan persatuan Indonesia merupakan kunci kepatutan itu.

Sementara kehadiran bahkan agresivitas sekelompok radikalis-ekstremis di negara mana pun, sudah pasti, tidak pernah menentramkan warga sekaligus pemerintahannya. Tidak ada suatu negara pun dibentuk untuk menjadi arena sabung nyawa antarwarga negaranya, 'kan?

Mungkin sekelompok radikalis-ekstremis bisa tentram dan nyaman beribadah dalam dentuman bom dan desingan peluru. Mungkin mereka memang terlahir dari rahim senjata. Ah, mana mungkin manusia lahir dari moncong senapan, misalnya!

Kalau mau jujur, siapa pun pasti ingin beribadah dengan tenang dan khusyuk. Tidak ada ledakan atau letusan yang seketika mendebarkan. Mencukupi kebutuhan hidup saja sudah sangat mendebarkan, masak, sih, beribadah harus diikuti dengan pacuan adrenalin?  

Oleh karenanya setiap umat di mana pun berada di Nusantara sepatutnya bersyukur dan berterima kasih atas kehadiran negara dalam beribadah. Mendoakan segala kebaikan menaungi pemerintahan pun merupakan realitas ketakwaan karena hidup-berada dalam suatu negara yang memiliki pemerintahan yang jelas. Kesemuanya itu berlandaskan kesadaran pada kasih-sayang Sang Pencipta kepada seluruh umat ciptaan-Nya.

"Selamat Natal kepada umat yang merayakannya ".

*******
Balikpapan, 25 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun