Malam Minggu, 22/12, pkl.9.30 WIB atau pkl. 10.30 WITA, saya masih berada di sebidang halaman parkir Universitas Balikpapan (Uniba). Di situ saya berjualan buku-buku saya sambil ngobrol dengan Arief, Adi, dll. setelah menikmati acara teater, musik, baca puisi, dan lain-lain yang ditampilkan oleh anggota baru dalam Unit Kegiatan Mahasiswa "Seni dan Musik" (SEMU) Uniba.
"Di kampus ada acara Semu. Ada penampilan anak-anak anggota baru. Teater musikalisasi puisi. Kebetulan puisiku ditampilkan. Mau lihat? Kalau mau aku jemput Bang," ajak Alfian sebelumnya, pkl. 16.28 WITA.
Saya mau saja. Di samping mau melihat suasana "lain" setelah pulang dari Kupang dengan suasana "aksi solidaritas di depan kantor gubernur NTT" (19/12), juga mencoba berjualan buku seperti yang biasa dilakukan oleh Felix Nesi (baru meraih Juara I Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2018) dengan lapak Toko Buku "Fanu".
Saya dan Alfian berangkat pkl. 19.45. Di punggung saya tersampir ransel berukuran sedang yang berisi buku-buku karya tunggal. Satu kumpulan gombal (2016), satu kumpulan kartun humor (2017), dua kumpulan puisi (2018), dua cerpen (2018), dan satu kumpulan artikel utama di Kompasiana.Com. Â Â
Bulan dan bintang tidak terganggu oleh mendung. Dalam perjalanan saya membayangkan "profesi" baru yang akan saya lakoni dengan kesadaran dan kesenangan karena merasa kembali "muda" seperti mahasiswa S-1 lagi.
Bergaul dengan sebagian mahasiswa Uniba, khususnya UKM SEMU, bukanlah hal yang baru-asing. Sejak sekitar 2013 saya sudah beberapa kali ke sana untuk acara-acara "khusus". Hanya saja, kedatangan saya kali ini terhitung sejak saya "menyendiri" untuk berkarya selama sekitar 3 tahun silam (2015).
Di sana saya bertemu beberapa lulusan Uniba yang pernah aktif di unit kegiatan itu. Nurchoiri, Vrendy, Bob, Di0, Adi, dan lain-lain. Mereka memang masih memiliki kepedulian pada generasi penerus, meski sekadar hadir dan naik panggung dengan bermusik seperti ketika masih aktif.
Sampai pkl.22.30 saya belum beranjak dari lapak buku. Saya dan 6 orang masih asyik ngobrol sambil duduk melingkar di meja yang menjadi lapak. Kopi hitam menemani obrolan kami.