Pada 20 Desember 2016 pemindahan Ibu Kota ke Palangkaraya diwacanakan kembali oleh Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerja di Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional. Pada Jumat, 7 April 2017 wacana terus dimatangkan melalui kementerian dan dinas terkait, dan hal tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi.
"Tentu memindahkan ibu kota, 'kan, bukan persoalan yang kecil, luas butuh kajian yang mendalam? Saya dengar Menteri Bappenas sudah diminta untuk melihat peluang itu, mengkaji," kata mantan juru bicara KPK itu di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Antara Gempa, Wacana Pemindahan Ibu Kota, dan Entah Apa Lagi
Tidak jelas, sampai kapan perihal pemindahan Ibu Kota hanya menjadi wacana. Tidak jelas pula alasan sesungguhnya dari setiap kemunculan wacana tersebut, apakah diam-diam "kepentingan" tertentu justru paling ngotot mengalangi rencana sejak 1957 terkait posisi strategis Jakarta dalam geliat ekonomi nasional.
Memang geliat ekonomi tidak terlepas dari gerilya "penumpang" bahkan perebutan lumbung kekayaan negara berbungkus politik praktis pusat-nasional dengan segala rekayasa berikut antisipasi begini-begitu bisa saja diatur, dan dilaksanakan. Tetapi persoalan alam semesta dengan intaian gempa 8,7 SR, siapa mampu?
Alam bukanlah lawan sebanding bagi para elite politik yang sama sekali tidak memiliki kemampuan berdiplomasi dengan alam, meski sebagian elite politik malah mengkhianati alam. Sementara alam menyediakan meja-meja raksasa untuk berdiplomasi atau berunding tetapi bukan berarti alam akan takluk sepenuhnya.
Jika sebagian hujan bisa diajak kompromi dengan rekayasa aliran ketika sampai di permukaan tanah, antisipasi sebagian hujan lainnya gagal direkayasa lalu berujung bencana berulang, bahkan beberapa kali "menyentuh" Istana Negara (3/2/2002, 1/3/2010, 17/2/13, dll.). Itu pun pemindahan Ibu Kota tetap terjebak dalam "banjir" wacana.
Nah, kalau perihal pemindahan selalu terjebak dalam "banjir" wacana, apakah perlu menunggu bantuan gempa berkekuatan 8,7 SR untuk memindahkan atau "menggeser" Ibu Kota ke tempat yang tepat seperti fenomena likuifaksi di Kab. Sigi (28/9)? Jangan sampai begitu, ah. Ngeri sekali membayangkannya.
*******
 Kupang, 4 Oktober 2018