Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Apakah Perlu Bantuan Gempa untuk Memindahkan Ibu Kota?

4 Oktober 2018   01:53 Diperbarui: 4 Oktober 2018   13:53 3701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 2018 Indonesia didera gempa, baik berskala besar (lebih 7,0 Skala Richter) maupun kecil (kurang dari 7,0 SR). Gempa 7,4 SR Palu pada Jumat, 28/9, menyusul gempa 7,0 SR Lombok pada Minggu, 5/8.

Belum terhitung gempa berskala "kecil", misalnya di Sumba (Selasa, 2/10) bahkan 25 kali dalam satu hari, di Aceh (Minggu, 9/9), dan lain-lain. Sementara dari data Liputan6.Com (3/3) pada 2017 di Indonesia telah terjadi 6.893 gempa (rata-rata 19 kali per hari), dimana 208 kali berkekuatan di atas 6 SR.  

Mungkin gempa di Palu relatif mencengangkan, meski skalanya masih di bawah gempa Aceh 2004 (9,1 SR). Mencengangkannya adalah rumah-rumah dan pohon-pohon bergeser tetapi tidak roboh.

Viralnya bangunan dan pepohonan bergeser itu tertayang dalam video "Saat Lumpur Naik di Kota Palu" di akun media sosialnya Pranis To Simbuang Nozu pasca-gempa Donggala-Palu yang berenergi sekitar 2,5x10^20 Nm yang setara dengan 3x10^6 Ton-TNT atau 200 kali bom atom Hiroshima. Selain viral, fenomena "Likuifaksi" (Liquifaction alias tanah berubah menjadi lumpur seperti cairan dan kehilangan kekuatan) di Kabupaten Sigi yang berdekatan dengan perbatasan Palu itu pun mendadak dikenal oleh sebagian warganet.

Gempa Bumi Berdasarkan Penyebabnya

Ada 5 jenis gempa bumi berdasarkan penyebabnya. Kelima gempa bumi itu ialah gempa bumi tektonik, gempa bumi vulkanik, gempa bumi terban, gempa bumi tumbukan, dan gempa bumi buatan.

Gempa bumi tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan pergeseran lempeng bumi. Gempa tektonik biasanya sering melanda daerah-daerah yang menempati Siklum Pasifik dan Siklum Mediterani.

Sumber : Kompas.Com, 1/10/2018
Sumber : Kompas.Com, 1/10/2018
Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh pergerakan magma yang terdapat pada gunung berapi. Biasanya gempa jenis ini terjadi saat gunung dalam keadaan aktif dan beberapa saat sebelum gunung meletus.

Gempa bumi terban (reruntuhan) adalah gempa bumi yang disebabkan oleh runtuhnya terowongan atau lubang di dalam tanah. Gempa bumi ini biasanya diakibatkan oleh runtuhnya pertambangan yang sudah tidak dipakai. Namun gempa jenis ini jarang terjadi dan hanya bersifat lokal.

Gempa bumi tumbukan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh meteor atau benda-benda asteroid berukuran raksasa yang jatuh, menabrak, atau menimpa permukaan bumi. Gempa ini sangat jarang terjadi.

Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh ulah tangan dari sebagian manusia melalui penggunaan bahan peledak berdaya rusak yang tinggi, misalnya peledakan dinamit, nuklir, atau lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun