Media massa-cetak, harian, atau koran edisi Minggu sering kali menjadi bagian dalam kemingguan saya. Minggu yang merupakan "hari raya budaya" sehingga menjadi "hari istimewa", termasuk di Ibu Kota Nusa Tenggara Timur (NTT), cukup aduhai, terlebih apabila dilengkapi dengan secangkir kopi bajawa, dan roti manggarai.
Saya memang masih berpikiran zaman usang dengan bacaan berupa media cetak, harian, atau koran. Media serat optik dengan pancaran radiasinya, tentu saja, kadang membosankan karena setiap hari saya menghadapinya. Kembali berpikir usang berlatar keaktifan di pers mahasiswa, mau-tidak mau, berlanjut dalam situasi kekinian.
Berpikir usang berarti mengingat hal-hal yang sudah berlalu. Salah satunya mengenai fungsi media massa (pers) sebagai agen perubahan (agent of change), selain sebagai penyiar atau penginformasi kabar (news), dan pengontrol sosial (social control). Terserah saja jika media massa pun termasuk dalam pilar ke-4 demokrasi setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Julukan "agen perubahan" terkesan aduhai sekali, 'kan? Saya pernah berbunga-bunga ketika masih aktif menjadi wartawan berjaket mahasiswa, apalagi ketika dalam buku "Panduan untuk Pers Indonesia" (1995) Ana Nadya Abrar menyebutkan pers mahasiswa sebagai pers alternatif.
Tetapi Minggu, 30 September 2018, secara mendadak keistimewaan mingguan saya cukup "terganggu" oleh sedikit tulisan dari satu-dua berita media massa-cetak di Kupang. Seketika saya berubah pikiran mengenai julukan "agen perubahan" itu.
Pertama, sebuah media massa lokal--sebut saja A--menampilkan berita "Sang ayah Duduk di Kursi Pelatih, si Adik Duduk Lesehan" di halaman depan yang dilengkapi dengan sebuah foto. Setelah judul, muncul tulisan "DUTA Sheila on 7 dua kali turun dari tribun untuk menyemangati anak sulungnya. Si bungsu kini bernaung di PB Djarum".
Hal kedua, antara foto dan keterangan foto. Di situ terlihat Duta dan seorang anaknya. Sementara yang tertulis, "DUTA Sheila on 7 dua kali turun dari tribun untuk menyemangati anak sulungnya. Si bungsu kini bernaung di PB Djarum". Entah di mana anaknya yang lain.
Kedua, media lokal lainnya--sebut saja B--menyiar berita "Tommy ke Final Korea Terbuka" (hlm.6). Ini juga terkait dengan tulisan sebagai keterangan foto.