Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sulapan Angka dalam Sebuah Proyek Pembangunan

3 Juli 2016   01:23 Diperbarui: 3 Juli 2016   15:47 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski sempat terkejut, aku tidak perlu sampai terlena dalam kebingungan sia-sia karena hanya persoalan matematika biasa tanpa perlu menggunakan Integral atau Calculus. Masak, sih, seorang mantan Project Manager tidak mampu berhitung?

Cukup dengan perhitungan tambah-kurang. Maka total nilai Pekerjaan IX dalam BQ (Rp. 789.600.000,00) aku kurangi dengan nilai asli “=SUM(H109:H146)” sebesar Rp. 691.500.000,00. Sisanya adalah Rp.98.100.000,00. Astaga lagi!

Aku terkejut lagi karena sisa senilai Rp.98.100.000,00. Bukankah nilai itu merupakan total nilai Pekerjaan VIII?

Jadi, usut punya usil, total nilai Pekerjaan IX dalam BQ berasal dari nilai sebenarnya (asli) Pekerjaan IX ditambah dua kali nilai Pekerjaan VIII. Dengan kata lain, total nilai Pekerjaan IX dalam BQ adalah nilai Pekerjaan IX plus-plus.

Dengan adanya plus-plus berarti ada ‘penyimpangan’ sistematis-terstruktur-massif sebesar Rp.196.200.000,00. Seratus sembilanpuluh enam juta dua ratus ribu rupiah! Sebuah nilai yang tidak sedikit bagiku yang sudah sekian bulan tidak juga mendapat keuntungan dari menjajakan dua buku kumpulan cerpenku.

Menjelang libur lebaran justru aku berpikir, mending bermain sulapan angka “simsalabim abrakadabra” daripada suntuk menekuni aksara-kata menjadi suatu cerpen atau apalah, jika aku mau kaya raya dari proyek-proyek pembangunan selain sekadar berharap pada bayaran semestinya. Lumayan juga untuk meramaikan obrolan dengan para pekerja sambil makan segerobak cilok agar lebih berbobot!  

*******

Panggung Renung, 30 Juni 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun