Di antara dua permisalan di atas, salah satunya bisa menjadi sebuah tulisan. Pendek-panjangnya tulisan tergantung apa yang terlintas dalam pikiran–ingatan atau khayalan.
Judulnya pun tidak perlu susah-susah dicari. Cukup dengan judul “Seribu Rupiah”. Kalau sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran, mungkin judulnya “Seribu Rupiah dari Ayah”, “Untuk Apa Seribu Rupiah?”, “Ada Apa dengan Seribu Rupiah”, “Gara-gara Seribu Rupiah”, “Seribu Rupiah Memberi Hikmah”, “Seribu Rupiah Berbuah Seratus Ribu Rupiah”, dan lain-lain.
Jadi, alangkah mudahnya menulis itu tanpa perlu susah-payah memahami aneka teori atau tips menulis, atau membaca bukunya Arswendo sampai tamat apalagi berulang-ulang, bukan?
Yang sering membuatnya menjadi susah hanyalah pikiran yang sedang mengalami kepayahan. Paling susah apabila mendadak pikun, terserang stroke parah, dipentung oknum ormas anarkis, atau ditimpa pesawat terbang yang mati mesinnya.
Semoga tulisan ini mudah dimengerti.
*******
Panggung Renung, 2016