“Yang aku dan dia duduk tapi saling memunggungi itu lho.”
“Oooo… yang itu.”
“Ya, yang itu. Bagaimana?”
“Dia cantik tetapi kamu alangkah cantiknya. Kalau dia ganteng, kamu-lah yang cantik.”
Barangkali kamu hendak tertawa tetapi bibirmu telanjur langsung kuterkam dengan bibirku. Bukan waktunya untuk membanding-tandingkan, lantas menertawai kelucuan yang tidak tepat waktu-tempatnya. Waktu terkini dan sedang panas dari pelukan tubuh adalah melumat bibirmu yang lebih nikmat daripada duren berkaliber dunia sekalipun.
Aku sedang tidak ingin berpikir serta berbicara mengenai apa atau siapa di luar pertautan bibir di antara aku dan kamu. Kesempatan semacam ini bukanlah kesempatan yang pernah terjadi, meskipun perjumpaan sudah tenggelam di kaki langit ujung timur Pantai Rambak.