Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gurindam Empatbelas

20 Januari 2016   01:34 Diperbarui: 20 Januari 2016   01:34 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

#1

Langit yang mendung belum tentu akan hujan lebat

Orang yang murung tidak perlu curhat serba hebat

 

Langit yang cerah pun bisa mendadak mendung

Orang yang gagah bisa mendadak tersandung

 

#2

Di bumi ada gempa, bencana, petaka atau musibah

Dalam diri banyaklah masalah, kenapa nekat ditambah

 

Di bumi sudah alangkah bejibun kesesatan

Mengapa diri malah berusaha menjadi setan

 

#3

Di luar rumah seseorang berlagak jadi raja para macan

Di dalam rumah ia hanya kucing kekenyangan belacan*

 

Di luar rumah seseorang berteriak lantang tiada henti

Di ruang renungnya terkuaklah siapa dirinya yang sejati

 

(belacan = terasi)

 

#4

Langkah petentang-petenteng seorang preman main sikat

Lari pontang-pantinglah ia kala malaikat maut mendekat

 

Berteriak lantang adalah khas gaya preman pendek ilmu

Bungkam dan gemetar ia kala Tuhan mengajak bertemu

 

#5

Orang berilmu tidaklah jemu untuk belajar

Orang tidak berilmu bebalnya kurang ajar

 

Orang berilmu lihai mengukur kekuatan musuh

Orang tidak berilmu lebih suka mendadak misuh*

 

(misuh = mengumpat; memaki)

 

#6

Orang berilmu tahu, mengapa grafik hidupnya seperti yoyo

Orang tidak berilmu mudah hidup ngoyo mudah pula loyo

 

Orang berilmu menahan diri ketika terjadi keributan pendapat

Orang tidak berilmu berebut pendapatan akhirnya mengumpat

#7
Ilmu padi mendidik semakin berisi semakin merunduk

Sebagian gadis rahimnya berisi tidak sudi menunduk

 

Ilmu padi mengajarkan suatu sikap kerendahan hati

Ilmu ilalang mengajarkan menjulang diri tiada henti

 

#8

Alam semesta diciptakan menjadi berkah

Kepada sesama janganlah diri jadi musibah

 

Kerja sama dengan alam semesta harus harmonis

Relasi antarmanusia jangan malah miris-ironis

 

#9

Kalau diajarkan bagaimana menjadi rahmat bagi alam semesta

Mengapa menjadikanya sebagai kiamat dalam sekejap mata

 

Rahmat bagi alam semesta adalah kabar baiknya

Janganlah kiamat mendadak justru jadi sebaliknya

 

#10

Berdiam diri bukan berarti tidak peduli

Bereaksi melulu cenderung kena bully

 

Orang bijaksana mengerti kapan harus berbuat

Orang tidak bijaksana selalu pamer dirinya kuat

 

#11

Prinsip pembelajar adalah hidup itu ibarat sekolah

Prinsip orang bodoh selalu menggelojoh dan berulah

 

Pembelajar selalu mencari hikmah di balik berita

Orang bodoh menyalahkan apa-siapa dan menista

 

#12

Bagi orang bijaksana, hidup harus dipertanggungjawabkan

Bagi orang bodoh, tiada tanggung jawab diri disenangkan

 

Orang bijaksana melakukan apa yang wajib dan demi sesama

Orang bodoh melakukan apa saja walau mengorbankan sesama

 

#14

Orang bodoh menganggap kesialan hanyalah bukti hidup percuma

Orang bijaksana menjadikan kesialan sebagai pelajaran cuma-cuma

 

Orang bodoh menilai segala kesialan tidak boleh ada di dunia

Orang bijaksana melihat di balik kesialan pasti ada kasih karunia

 

#14

Orang bodoh senang melihat kesusahan kawannya

Orang bijaksana akan menyimpan kesialan lawannya

 

Jangan suka menertawakan kemalangan sesama

Supaya dirimu tidak mengalami hal yang sama

 

*******

Panggung Renung – Balikpapan, 19/20 Januari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun