Ilalang-ilalang bertangan kapas
di atas tanah Tuhan
-- tiada tuan selain Tuhan --
Kebebasan berada bertumbuh berkembang biak
dari kebakaran kepala-kepala
Yang selalu menghidupkan bara dalam dada-dada
Menyulut-nyulut telapak-telapak
Ilalang berjingkrak-jingkrak
Â
Maunya menggapai matahari
Mimpinya meraih rembulan bebintang
Sampai kapankah hanya kembali ke tanah
Kerontang bertabur koreng
Â
Api kemarau tiba tanpa agenda
Burung-burung bertepuk tangan
Dedaunan merapal mantera
Ilalang melambai-lambai memanggil
Angin membawa irama
Seandainya mau mimpi terkabulkan
Â
Angin malah mengecup
Setiap senti tubuh-tubuh ilalang
Menggelinjang-gelinjang
Â
Kegelian memanggul gejolak
Memanggang kemarau
Jejangnya batang-batang melupa
Dedaunan merapal parau
Â
Kecupan-kecupan pun berirama
Ilalang-ilalang bergoyang-goyang
Menari-nari dalam ritual harian
-- Seandainya mau mimpi terkabulkan --
Pohon-pohon bergesekkan
Menajamkan diri
Setajam parang mengancam siapa pandang
Menagih darah para pendekar konyol
Â
Di atas tanah Tuhan
Tubuh-tubuh ilalang bergoyang-goyang
Tangan-tangan kapas melambai-lambai
Gemulai seirama segerak tari-tarian ritual
Sembari menadah-nadah
Ke mana angin memuncak kecupan
Mencabut birahi ke lipatan langit ungu
Â
Maunya menggapai matahari
Mimpinya meraih rembulan bebintang
Sampai kapankah hanya merasa sinarnya
Â
Gemuruh riuh burung-burung
Gemetar dahan-dahan menahan geram
Berguguran daun-daun merontokkan doa
Dipagut punguti rumput-rumput tetangga
Yang iri sejak terusir dari tiang-tiang ulin
Â
Kepala-kepala pecah berantakan
Sibuk mencari nafasnya sendiri-sendiri
Api tertimbun dalam dada-dada
Membakar bara-bara di ulu hati
Â
Di atas tanah Tuhan tanpa tahta
Ilalang bergoyang-goyang
Menari-nari bersimbah birahi
Membebaskan diri
Dari persinggahan para belalang
Dalam gelora nyalang kemarau
Â
*******
Kebun Karya, Kala itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H