Mohon tunggu...
Olahraga Pilihan

Memaknai Lompat Batu Sebagai Olahraga

13 September 2016   14:45 Diperbarui: 14 September 2016   13:32 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hombo batu (lompat batu) yang dikenal sebagai keahlian yang wajar dikuasai oleh prajurit-prajurit Desa yang ada di kepulauan Nias pada masa dulu sebagaimana dikutip dari media travel.kompas.com dan Okezone.com. Keahlian ini diwajibkan karena pada saat penyerangan dilakukan terhadap Desa tertentu, para prajurit perang dihadapkan pada pagar batu Desa lawan yang rata-rata ketinggiannya 2 m.

Nah, kalau para prajurit tidak bisa melompati pagar tersebut, bagaimana mungkin bisa menyerang. Oleh karena itulah keahlian melompat dijadikan sebagai salah satu syarat yang harus dikuasai oleh prajurit perang pada masa itu.Terkikisnya peperangan dan munculnya berbagai perkembangan, Hombo Batu menjadi sebuah budaya atau salah satu simbol budaya di kepulauan Nias.

Seiring perkembangan, Hombo Batu pun menjadi pesona dalam bidang pariwisata dan tak sedikit event yang mempresentasikan Hombo Batu sebagai bagian dari olahraga yang kemudian direalisasikan dalam bentuk perlombaan. Hombo Batu sebagai bagian dari olahraga yang kemudian direalisasikan dalam bentuk perlombaan menjadi diskusi utama dalam tulisan singkat ini.

Pertanyaan 1

Layak atau tidak Hombo Batu menjadi bagian olahraga dan diperlombakan?. 

Jawabannya tentu “layak”. Karena Hombo Batu adalah aktivitas yang melibatkan tubuh pelompat dan melibatkan konsentrasi pikiran pelompat. Oleh karena layak menjadi bagian olahraga, maka demikian pula Hombo Batu layak menjadi sebuah perlombaan dengan alasan untuk menggairahkan sportifitas pelompat batu tanpa menodai nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Pertanyaan 2

Jika diperlombakan, apakah seorang pelompat memerlukan Supporter?

Jawabannya “perlu”. Karena pelompat memerlukan dukungan orang lain untuk meningkatkan semangat dan kepercayaan dirinya. Nasehatnya, jangan sampai supporter terkesan menyuarakan atau menunjukkan dukungan yang menjijikan, yang kemudian memprovokasi permasalahan antar supporter karena hal ini dapat membawa kesan buruk terhadap Hombo Batu yang mengandung nilai seni dan budaya yang unik dan tinggi. 

Pertanyaan 3

Ada tidak kebermanfaatan perolehan juara bagi kemajuan pariwisata kita?

Sedikit. Lompatan sang juara mempengaruhi tingkat keheranan dan ketertarikan pendengar atau pembaca informasi. Namun, kejuaraan yang diraih personil pelompat tidak menjadi bagian yang paling penting yang dapat menarik minat penikmat wisata untuk mengunjungi pulau kita. Karena kenikmatan utama yang ingin dinikmati pengunjung adalah nilai budaya Hombo Batu itu sendiri bukan untuk melihat juaranya.

Jadi, bagi yang ingin berbuat untuk kemajuan Pulau Nias tidak usah terlalu sibuk memperdebatkan Juara, sindir-menyindir, dan apalagi memprovokasi. Kesan ini bisa merendahkan tingkat keinginan wisatawan untuk berkunjung.

Pertanyaan 4

Dimanakah wisatawan dominan menyaksikan Hombo Batu?

Bukan pada kegiatan perlombaan. Mereka dominan menikmatinya di Desa-Desa tradisional yang sekaligus memiliki pesona lain selain pesona Hombo Batu itu sendiri, misalnya di Desa Bawomataluo. Mungkin Hombo Batu dapat juga dinikmati oleh wisatawan di Desa lain tetapi jika mereka memilih keuntungan yang dapat sekaligus mereka nikmati secara bersamaan di samping Hombo Batu, mereka akan memilih Desa Bawomataluo. Tidak boleh dipungkiri, ini realita.

Apakah kemudian Bawomataluo dalam hal Hombo Batunya dan komponen lainnya hanya milik warga Desa Bawomataluo?. Bukan. Desa Bawomataluo hanyalah sebagai tempat perwakilan desa-desa di kepulauan Nias yang masih utuh mewarisi peninggalan lehur kita, tidak lain milik masyrakat kepulauan Nias.

Bagaimana agar wisatawan lebih memilih menikmati Hombo Batu di Desaku, desamu atau desa mereka?. Mari belajar dan berdiskusi bersama merancang dan melakukan strategi positif untuk membangun wisata Desa. Tak usah berlarut pemikiran isme sementara hal penting lain yang perlu kita dukung dan kita lakukan terabaikan.

Pertanyaan 5

Perlu tidak diberikan pendidikan karakter kepada setiap pelompat  Hombo Batu meskipun Hombo Batu dilakukan dalam tujuan olahraga?

Sangat perlu. Karena karakter pelompat memberi pengaruh terhadap kesan yang didapatkan oleh wisatawan atau penikmat Hombo Batu. Sebagaimana yang penulis kemukakan di atas bahwa meskipun dalam event perlombaan, pelompat tak boleh menodai nilai budaya pulau Nias.

Sebut saja selebrasi dengan tangan atau jari yang tersirat mencaci atau selebrasi pelompat dengan suara cacian dan hal-hal lainnya yang tidak diwariskan dalam budaya kita. Disinilah andil kita sebagai masyarakat dan pemerintah, cara dan strategi apa yang harus kita lakukan untuk memunculkan pelompat-pelompat kita dengan karakter baik. Tanpa harus meniru selebrasi olahragawan-olahragawan ceroboh yang muncul di media.

PESAN: MARI BERGANDENG TANGAN TAK BAIK SALING SIKUK MENYIKUK!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun