Mohon tunggu...
Agustinus Samgar Friday Fry
Agustinus Samgar Friday Fry Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Santa Ursula

Hobi sepak bola, menulis, membaca, traveling

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Politik Gentong Babi dan Sejarahnya

10 April 2024   12:52 Diperbarui: 10 April 2024   13:05 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

POLITIK PORK BARREL (GENTONG BABI) DAN SEJARAHNYA

Dalam gelar sidang sengketa pemilu Tahun 2004 pada hari senin 1 April 2024,  keterangan saksi ahli paslon nomor urut 01 Anis-Muaimin menyampaikan potensi kecurangan pemilu dalam bentuk intervensi pemerintah melalui program bantuan sosial (bansos) dengan  istilah pork barrel  atau politik gentong babi sebagai bentuk upaya dari pemerintah (presiden Joko Widodo) dengan memanfaatkan bansos agar mendapat perolehan suara bagi pasangan calon yang didukung oleh pemerintah (Prabowo-Gibran). Justifikasi tersebut tendesius mengarah pada suatu tuduhan yang didasarkan pada asumsi yang dibangun secara teoritik dari saksi ahli tanpa pendasaran empiris yang dapat dijaikan sebagai bukti bahwa pemerintah sedang dalam upaya serperti tuduhan yang dimaksud.

Bansos pada dasarnya merupakan kebijakan substantif dalam bentuk program bantuan kepada masyarakat secara langsung dalam rangka mengatasi persolaan krisis akibat iklim (elnino) yang menyebabkan terjadinya gagal panen dan dapat berdamnpak simultan (terhadap pangan dan ekonomi). Hal yang menjadi persoalan adalah kondisi krisis akibat elnino dan program bansos muncul pada waktu yang bersamaan dengan masa perhelatan politik (pemilu) sehingga dapat diasumsikan adannya potensi penyalagunaan bansos untuk kepentingan politik tertentu. Tuduhan yang dimaksud hampir dapat disebut benar mengarah kepada politik pork barrel manakala anggaran yang dialokasikan meningkat berkali lipat dari kondisi sebelumnya dan tren peningkatan anggaran bansos hampir sama  dengan periode-periode sebelumnya ketika menjelang pemilu (2014 dan 2019) akan tetapi dengan dasar causal yang berbeda.   

Keterengan saksi ahli pihak terkait (Prabowo-Gibran) membantah melalui keterangannya pada sidang sengketa bahwa barell Politics tidak berpengaruh dalam pemilu presiden yang mengindikasikan bahwa bantuan sosial tidak dapat membentuk sikap pemilih dalam menentukan pilihan politiknya. Lebih lanjut empat orang menteri yang dihadirkan pada sidang Jumad 5 April 2024 menyatakan bahwa bantuan sosial telah dalam pembahasannya telah melibatkan pihak-pihak terkait (para akto kebijakan ;eksekutif, legistalitif) dan dalam pelaksanaanya telah dilakukan berdasarkan prosedur yang benar sesuai dengan amanat peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Program Bantuan langsung tunai dinegasikan sebagai proyek Pork Barrel oleh karena memanfaatkan bantuan sosial dan didistribusikan kepada segmen masyarakat (pemilih). Bansos dianggap sebagai kebijakan yang tidak efisien, dalam arti bahwa biaya proyek pork barrel (bansos) yang tidak melebihi manfaatnya. Anggaran bansos diduga tidak transparan oleh karena penggunaan anggaran tersebut biasanya tidak terlihat karena biaya-biaya tersebut tersebar. Pada dasarnya politik pork barrel adalah penggunaan anggaran (biasanya anggaran negara) dalam bentuk kebijakan pemerintah (program) yang dialokasikan kepada kostituent (masyarakat pemilih di daerah tertentu) oleh legislatif. Akan tetapi dalam dalil yang dituduhkan oleh pemohon (paslon 01-03) baik melalui pengacara ataupun saksi ahlinya dalam sidang di MK adalah politik pork barrel digunakan oleh pemerintah (melalui program bansos) dalam rangka menggiring masyarakat pemilih untuk memilih calon yang didukung oleh politik pork barrel namun sebagian besar anggota legislatif dengan tegas membela praktik tersebut sebagai bentuk representasi penting dari kebutuhan konstituen mereka; terlebih lagi, mereka dengan penuh semangat menolak upaya untuk mengakhiri praktik tersebut.

Sejarah Politik Gentong Babi

Terminologi politik pork barrel (gentong babi) sering dipergunakan untuk mendeskripsikan pada suatu tindakan yang merujuk pada penggunaan anggaran dalam bentuk program pemerintah yang dimaksudkan untuk memberi manfaat bagi konstituen seorang politisi sebagai imbalan atas dukungan politiknya, baik dalam bentuk kontribusi kampanye maupun suara. Dalam cerita populer tahun 1863 "Anak-Anak Masyarakat", Edward Everett Hale menggunakan istilah pork barrel sebagai metafora sederhana untuk segala bentuk belanja publik kepada warga negara. Namun, setelah Perang Saudara Amerika, istilah tersebut mulai digunakan dalam arti yang merendahkan. Istilah ini semakin dipopulerkan oleh artikel tahun 1919 oleh Chester Collins Maxey di National Municipal Review, yang melaporkan tindakan legislatif tertentu yang dikenal oleh anggota Kongres sebagai "uang kertas barel babi". Collins mengklaim bahwa frasa tersebut berasal dari praktik sebelum Perang Saudara yang memberikan budak satu tong daging babi asin sebagai hadiah dan mengharuskan mereka bersaing satu sama lain untuk mendapatkan bagian dari pemberian tersebut. Secara umum, satu tong daging babi asin adalah makanan yang umum digunakan di rumah tangga abad ke-19, dan dapat digunakan sebagai ukuran kesejahteraan finansial keluarga.

Awal politik pork barrel di Amerika Serikat terjadi pada tahun 1817, yang diperkenalkan oleh Partai Demokrat John C. Calhoun untuk membangun jalan raya yang menghubungkan Amerika Serikat Bagian Timur dan Selatan ke perbatasan Barat dengan menggunakan bonus pendapatan dari Second Bank of Amerika Serikat. Selama kampanye presiden AS tahun 2008, Jembatan Pulau Gravina (juga dikenal sebagai "Jembatan ke Nowhere") di Alaska disebut-sebut sebagai contoh praktek politik gentong babi. Jembatan tersebut, yang diusulkan oleh Senator Partai Republik Ted Stevens, diperkirakan menelan biaya $398 juta dan akan menghubungkan 50 penduduk pulau tersebut dan Bandara Internasional Ketchikan ke Pulau Revillagigedo dan Ketchikan.

Pada dasarnya praktik politik pork barrel (yang dilakukan di Amerika) dilakukan dengan cara menambahkan anggaran federal dilakukan oleh anggota komite apropriasi Kongres Amerika Serikat. Hal ini memungkinkan pengiriman dana federal ke distrik atau negara bagian setempat yang sering kali mengakomodasi kepentingan kampanye. Sampai batas tertentu, seorang anggota Kongres dinilai dari kemampuannya menyalurkan dana kepada konstituennya. Ketua dan anggota penting Komite Alokasi Senat AS berada dalam posisi untuk memberikan manfaat yang signifikan bagi negara bagian mereka. Akan tetapi  seorang peneliti Amerika Serikat bernama Anthony Fowler dan Andrew B. Hall menyatakan bahwa tindakan politik pork barrel tidak menjami berdampak pada tingginya tingkat terpilihnya kembali perwakilan petahana di badan legislatif Amerika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun